Judul : Hanif
Penulis : Reza Nufa
Penerbit: Diva Press
ISBN : 978-602-7933-46-0
Sebelumnya,
aku… tentu saja bukan penulis sepopuler @rezanufa yang followersnya udah
melebihi tiga angka :D Aku juga bukan orang yang paham agama. Aku hanya
seseorang yang sedang menggiati dunia literasi, dan seorang hamba yang bisa
jadi tak lebih mulia dari debu.
Oke, jadi, kali ini, aku pingin
mengungkapkan novel Hanif karya Mas Reza Nufa—menurut sudut pandang pembaca
sepertiku. Catat : review gaje ini akan
sangat panjang :p
catatan tambahan, jarak posting dan bikin review ini seabad!
***
Hanif, adalah seorang mahasiswa
dengan cara berpikir kritis. Dikisahkan, dia mempunyai teman dari kecil yang
selalu menyetujuinya di setiap keadaan. Namanya Idam.
Di perpustakaan kampus, kehadiran
perempuan tidak berjilbab di Kampus Islami tempatnya belajar, tentu saja sangat
menarik untuk diperbincangkan. Belakangan, Hanif dan Idam, menjadi dekat dengan
gadis berkalung salib yang bernama Disti.
Hanif dengan pemikiran ‘penghapusan
agama’ yang sangat tidak wajar itu, mendapat masalah dengan ayahnya. Ayahnya
bahkan sampai meruqyah anak satu-satunya tersebut sebab pemikirannya!
Banyak yang menuduhnya JIL, tapi
Hanif acuh. Ada pula yang berbisik dia murtad, masih, Hanif tidak peduli…
Dan pada akhirnya, Hanif memilih
pergi … (mungkin), untuk bermuhasabah diri…
***
Sebenarnya, aku selesai membaca
novel itu udah lamaaa banget. Sekitar pertengahan Juni—saat #KampusFiksi di
Jogja. Kubaca Hanif, di rumah kakakku di Kaliurang, dan kulanjutkan di travel
saat perjalanan pulang dari Jogja. Ya, novel
itu aku dapat dari Diva… :)
Malam terakhir #KampusFiksi, aku dan
Puuchan (@PutriPramaa), sibuk naik-turun tangga. Dia, ah, baik banget :* mau
bantu aku beberes. Pas Puuchan buka bingkisannya, dia ternyata dapet Hanif dan
udah ada tanda tangan penulisnya! Aku dan dia yang penasaran apa novel yang
kudapat, langsung menyobek paksa kertas kado bingkisanku itu. Dan, yah, aku
juga dapet Hanif. Yeay!
“Mas, minta tanda tangannya.”
Malu-malu, dengan Puuchan di belakangku, kudekati penulis yang sedang duduk bengong
ngelihatin anak-anak #KampusFiksi3 yang narsisnya subhanallah :p Aku
menyodorkan novel bersampul hijau itu padanya. Ya, hanya novel itu.
“Umm …”
Mas
Reza yang tau aku datang dengan tangan kosong, beburu mencari polpen.
Beruntung, ada polpen tergeletak di meja, entah milik siapa.
“Namanya?”
“Zulfa,”
“Terima
kasih, Mas.”
Untuk
Zulfa. Terus menulis! Kupandangi tulisannya, sejenak.
Lalu segera kumasukkan ke dalam koper.
Ya.
Sesingkat itulah perbincanganku dengan Mas Reza. Padahal paginya, saat aku dan
teman-teman pulang dari jalan-jalan pagi, dia dicegat dan dimintai foto oleh
Resti dan Dini. Dan lagi-lagi, aku tidak mengucapkan sepatah pun kata.
***
Hanif, adalah seorang mahasiswa baru
di sebuah kampus islam. Dia—menurutku—adalah seorang yang sangat peka terhadap
sekelilingnya. Cara berpikir Hanif yang lain pada remaja umumnya, mulai penulis
tampakkan di awal cerita saat ia dan Idam—seorang teman yang selalu
menguntitnya dari orok :D—berbincang ringan tentang Tuhan yang ‘ditantang’
membuat batu yang nantinya akan menghalangi jalan-Nya.
Pikiran-pikiran Hanif hampir selalu
ada di tiap lembar novel itu. Ia … ah, penulis, maksudku, seolah ingin
memuntahkan semua lahar tentang pemikiran/terobosan—menurutnya—yang telah
tersimpan di benaknya begitu lama.
Penulis juga menghadirkan tokoh
Disti—gadis yang memiliki keyakinan berbeda dengan Hanif—yang kelak juga akan
menjadi ‘sasaran’ penulis untuk mengeluarkan pendapatnya tentang hal tersebut.
Jujur, aku menikmati
pemikiran-pemikiran Hanif di lembar-lembar awal. Tapi kemudian, pikiranku
terusik oleh apa yang penulis tuturkan tentang anak LDK, yang digambarkan
lelakinya bercelana bahan, perempuannya berpakaian sangat sopan, berbaju
longgar, berkerudung menutupi bagian dada, dan memakai rok. Kalau rapat juga
pasti pake pembatas-tabir—aku masih menyetujui apa yang penulis gambarkan pada
anak LDK ini.
Tapi ketika penulis bilang kalau
mereka—anak-anak LDK—sangat ‘sinis’ dengan mereka yang berjelana jeans. Dadaku bergemuruh, marah. Dan aku
bingung hendak marah dengan siapa. Penulis? Hanif? Atau anak LDK itu?
Seorang
anak LDK, yang Hanif temui di perpustakaan saat ia mengutarakan keinginannya
bergabung dengan LDK—tetapi niat itu sepertinya batal. Karena sejak awal, dia
telah dikomentari pakaiannya—mengatakan hal ini, “Jeans itu pakaian orang
kafir.”
Blaaarrr!
Tiba-tiba darahku semakin mendidih.
Kenapa? Kenapa cewek … ah, akhwat
itu berkata seperti itu? Apa yang bisa didapat kalau berdakwah dengan cara
seperti itu? Kenapa dialog-dialog yang ditampilkan penulis tentang anak LDK itu
terkesan sok sekali. Sok bau surga, sok paham segalanya, sok… sok… Arrrghhh…
Dan,
penulis, terus saja membahas anak LDK yang ‘benci’ pada mereka—yang bercelana-orang-kafir tersebut—tanpa
membahas isbal, atau lekuk tubuh yang biasa anak-anak LDK tekankan.
Aku
sudah bertabayyun dengan Mas Reza mengenai ini di pm facebook—setelah sebelumnya kami membincangkan handuk-bayi-biruku dan sepasang sepatu
kumuhku yang ketinggalan di #KampusFiksi :D. Dan ternyata, sesuai sangkaku, Mas
Reza memang menjumpai orang-orang demikian. Aku membaca balasan pm Mas Reza dengan miris dan hati yang
teriris.
***
Muhammadiyah dan Nu yang selalu
mempunyai perbedaan menentukan awal 1 Syawal, LDII yang menyiram bekas sholat
orang yang bukan dari golongannya—di daerahku, beberapa warga LDII, setelah
pulang dari pasar, bahkan mencuci uang yang mereka dapat hasil dari berjualan,
yang tentunya didapat dari beragam orang—sebuah ormas yang mengobrak-abrik
warung saat bulan puasan, agama sunda wiwitan, Sunni dan Syiah yang bertikai,
pemuda muslim dan Kristen yang bentrok dan masih banyak hal lainnya seperti tak
luput dari kisah yang dituturkan penulis dalam novel ini.
Dan, saya
berani bertaruh, novel ini tidak cocok dibaca oleh orang yang sakit jiwa dan ‘anak di bawah umur’—mereka yang fanatik terhadap golongannya, mereka yang selalu
merasa benar tanpa tahu apa hakikat kebenaran, mereka yang sejak lahir telah
taklid buta … mereka yang sekalipun tidak pernah berusaha mencari … seperti
Ibrahim maupun Hanif, mereka yang pikirannya telah bebal oleh bualan para
kiyainya, mereka yang … ah, ternyata terlalu banyak orang yang sakit jiwa di
zaman ini.
Novel ini, juga tidak
cocok dibaca oleh orang-orang yang belum ‘dewasa’. Juga mereka yang tidak mau menerima perbedaan yang ada …
Jika Anda, wahai pembaca, menderita
salah satu gejala yang telah saya uraikan di atas, ada baiknya dan jangan
sekalipun ragu untuk tidak menjadikan Hanif sebagai satu dari deretan daftar
belanja Anda.
Karena Hanif, hanya terlahir untuk mereka yang membacanya tanpa
prasangka…
“Soal
sesat atau tidak, itu adalah penghakiman orang lain terhadap kita berdasar pada
tafsir-tafsir yang mereka yakini. Sekali lagi, yang mutlak benar itu cuma
Tuhan, sedangkan tafsir-tafsir terhadap Tuhan masih bisa diperdebatkan.
Kebenarannya relatif.”
“Jangan takut sesat selama kamu terus
mencari,”
“Siapa
yang bisa memastikan siapa yang sesat jika semua orang kenyataannya sedang
dalam pencarian yang sama?”
—cuplikan
dialog di halaman 45
6 komentar
Hai, Kak Zul! Ini Puu-chan! Aku kesulitan ngakses apapun, tapi aku tetep jadi stalker ulung xD hehehehe Aku jalan-jalan di TL-mu dan nemu link ini. Kubaca deh! hohohoho! Aaaa, aku terharu sama ceritamu tentang puuchan-mu :3 huhuhu, aku sering nangis akhir-akhir ini T_T *abaikan* BTW, kita minta ttd-nya barengan lho! Punyaku nggak langsung ditandangani, tapi kita minta gantian sama kak Reza, kalo usulnya emang dari aku *plok* xD hehehehe. Di bagian yang ada fotonya, baru sekarang aku nyesel xD Harusnya aku foto sama kak Reza waktu itu! Lumayan buat dipamerin dan ngomong ke temen kalo sekarang udah sembuh berkat Hanif *plok* ehehehehe.
ReplyDeleteAku kangen kamu, Kak Zul. Mungkin hampir setahun kita nggak ngobrol, lebih dari sebulan kita nggak chat bareng. Aku kangen kamu! Aku nggak bisa buka apapun T_T Hanya google account(juga wordpress, dan wattpad) tak berpengikut ini aja yang nemenin aku T_T Doain aku kembali cepat atau lambat! UN tinggal menghitung hari! Semoga kita bisa chattingan lagi!!
Kyaaaaa! Puchaaaan demi apa aku baru baca komenmu. Gomennasai :( Udah tenang kan, sekarang? Gimana nih, udah siap terbit berapa novel lagi? :) Miss you too.....
DeleteKomenku panjang banget yaa xD hohoho. Ini kelupaan diketik tadi, salam buat member SGA48!! Aku kangen kalian! Habis UN, mari ktia keja semua Giveaway! :D hohoho Salam buat Kak Farrah! Kalian tahu? AKu sekarang jadi shoutacon parah xD hohoho
ReplyDeleteSGA48! :") Shoutacon XD Farrah harus tahu ini! :D
Deletehai hai aku muncul! XD yes, kita shotacon~ nama ini terdengar lbh unyu ketimbang pedo #pletaaak XD
DeleteZulfa pun harus ditarik jd shotacon! XD
Ohhh... no thanks. Saya tetap setia pada yang bishie dan megane :p
Delete