Difoto di depan gedung F. Psikologi UMS, cantik, kan :)
An Epilogue #15
Setiap kali pagi datang,
hal pertama yang harus kita pancangkan adalah deklarasi kebaikan. Bahwa hari
ini harus lebih baik dari kemarin. Maka, tidak ada kata yang lebih penting dari
bangkit! Ya, kita harus bangun, bergegas, dan bersegera membayar kesalahan-kesalahan
dengan amal kebajikan.
Maka menjadi kewajiban
bagi orang-orang yang jauh dari sempurna seperti kita untuk menebus
kesalahan-kesalahan masa lalu dengan tangis taubat dan mengerja amal-amal
kebaikan. Letih itu bagian dari kehidupan. Ia adalah bukti ikhtiar dan
perjuangan.
Teruslah bergerak menebar
manfaat untuk semesta … berbanggalah akan letihmu. Syukurilah kala letih
menjadi bagian dari keseharianmu. Karena bisa jadi, keberkahan dari-Nya datang
karena rasa letih yang senantiasa menemani.
------
Sebenarnya sudah cukup
lama menuntaskan buku ini.
Katanya,
apa yang dari hati, akan sampai ke hati juga. Ini bukan review, tapi soal
sedikit kondisi setelah membaca tulisan Mbak Dewi—yang seperti biasa, tentu
saja impactful dan kembali melejitkan mimpi.
Rasanya bangga bisa menuntaskan buku ini dengan bahagia.
Bahagia yang mengantar pada pemahaman bahwa segala sesuatu terjadi atas
kuasa-Nya. Bahwa syukur dan sabar harus terjaga setiap fasenya. Bahwa pahala
tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah berdua. Bahwa untuk menjadi
sebaik-baik hamba tidak dinilai hanya karena soal seremeh status dan rupa.
Bahwa sebaik-baik pencapaian, adalah taqwa.
----------------
Iman itu seperti laut,
kadang pasang kadang surut.
Jiwa kita seperti langit,
kadang cerah, kadang mendung.
Akal kita seperti kaca,
kadang jernih kadang buram.
Semoga pasangnya tak membanjiri
surutnya tak sampai kemarau,
cerahnya tak menyilaukan,
mendungnya tak menggelapkan,
jernihnya mengarahkan,
buramnya tak menyesatkan
Semoga kita senantiasa terjaga
dalam iman dan ketaqwaan
Semoga umur yang terus berkurang,
senantiasa tercatat dalam kebaikan
—Awe Inspiring Us
0 komentar