Bahas Poligami

By Zulfa Rahmatina - 9:56 AM


Ribut-ribut soal pernyataan Komisioner Komnas Perempuan Imam Nahe'i yang menyebut poligami bukan ajaran Islam, membawa saya kembali pada liputan VICE: Polemik Poligami Berbagi Surga. Kali ini diskusinya sama orang yang sudah nikah (yaa, pengalaman memang guru terbaik, kan). Makanya kita nggak boleh menyampaikan, kecuali ada ilmunya.

Jadi hal yang luput (sebenernya emang aku nggak tahu, karena yang sudah nikah aja yang paham, hm) saat nonton video VICE adalah pernyataan tersirat dari istri pertama yang menjadi poin penting kenapa dia memperbolehkan suaminya untuk nikah lagi, bahkan meyakinkan istri kedua. Dan ini, bukan sekadar soal ‘surga’.

Kalau dicermati, Tuan pelaku poligami di video VICE itu memang selalu berulang ngomongin soal fitrah dan kecenderungan hasrat seksual, yang diamini istri-istrinya dengan paham demikian. Ya nggak salah, tapi juga nggak bener-bener banget kalau itu aja yang jadi poin apalagi alasan kuat buat praktek poligami.

Inilah yang buat aku kurang setuju dengan diksi install yang dipakai suami. Install itu kuasa penuh, beda dengan mendidik. Perempuan, maksud saya istri, memang berhak mendapat didikan suami, tapi nggak serta merta menutup mereka untuk hanya menerima. Ya kalau apa yang disampaikan suami kurang bener, please speak yourself out. You have the right to do it. Diksi install itu seolah bikin perempuan it's just easy of being fooled. Gitu nggak sih, Kang?

Lantas soal poligami apa aku nolak? Ya enggak. Terus apa serta merta menerima? Ya enggak juga. Tapi benar poligami ada di Islam, dan Islam selalu mengatur segala sesuatunya dengan sempurna. Ust. Khalid Basalamah bilang poligami sunnah. Tapi harus dengan program. Maksudnya, nggak tiba-tiba besok kamu pengen poligami, malamnya baru bilang ke istri. Atuhlah, kaget Bapak! Jangan kardus-kardus amat lah. Beda lagi dengan dr. Zakir Naik yang berpendapat bahwa poligami it's mubah. Boleh-boleh aja. Tapi lihat situasinya. Kamu hidup di kondisi apa? Lagi perang? Bener emang di daerah kamu jumlah wanita lebih banyak dari laki-lakinya? Can you analyse it? Kalau ternyata enggak, Akhi, apa kamu bisa setega itu ena-ena sementara saudaramu berlama-lama membujang? Atau misal di suatu kondisi setiap perempuan sudah dapat pasangannya dan ternyata masih banyak perempuan lain yang lajang. Kata dr. Zakir Naik, di sini lah poligami berperan. Pilihan bagi perempuan-perempuan tadi hanya, bersedia dipoligami or become public property.

Muhammadiyah lewat Dadang Kahmad menyatakan ya poligami dari Islam. Dulu prakteknya untuk membantu anak yatim, tapi kan sekarang sudah ada solusi panti asuhan. Jadi poligami ini nggak perlu-perlu banget lah kayaknya. Meski begitu, dia ajaran Islam. Nggak bisa dinafikan. Poligami sudah ada jauh sebelum Islam, kemudian Islam datang dan meregulasinya. Yang mungkin luput atau sengaja dilupakan barangkali anjuran lain yang berbunyi, “… fa in khiftum alla ta'dilu, fa wahidah,” satu saja kalau enggak (yakin) bisa adil.

Kalau mau balik ke VICE, ya kita doakan Tuan tadi bisa berlaku adil (walau dia sudah yakin bisa adil). Setiap perbuatan ada pertanggungjawabannya. Buat istri pertamanya, semoga benar kesabaran dan ikhlasnya meluas. Untuk istri kedua, benar tidak ada kehinaan dalam statusnya. Untuk kita, semoga kita tak pernah lelah belajar, tak pernah bosan berjuang.

Agar menjadi perhatian, ada tabir yang membatasi pengetahuan kita. Allah Maha Tahu, dan kita tidak. Ada mutiara di setiap bulir peristiwa. Karena sesungguhnya, jemari-Nya tak pernah salah menyentuh hati hamba-Nya. Sampai di sini, boleh jadi kita tidak sepakat untuk beberapa hal, tapi kita sudah sepakat untuk saling bersaudara. Janji, setelah ini, tetap saling menyayangi, ya? 

Menco, 17/12.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar