Acara Upacara Pelepasan Calon Wisudawan/Wisudawati Sarjana S1 Fakultas
Psikologi UMS periode III tahun akademik 2018/2019 pada tanggal 14 Maret 2019 lalu, saya
diminta untuk mengisi sambutan perwakilan wisudawan cumlaude. Dihubungi kepala
TU dengan dadakan, saya mencoba melobi agar orang lain saja yang diberikan
tanggungjawab tersebut, hehe. Tapi akhirnya, saya tiba di ruang dekanat untuk
berkonsultasi isi sambutan yang akan saya sampaikan dengan wakil dekan I. Beliau memeriksa dan menambah beberapa bagian, dan berikut, sambutan yang saya
buat—tak banyak kata yang disampaikan, dan saya buat formal agar saya tidak
menangis haha!
----------
Alhamdulillahilladzi
bini’matihi tatimmushshalihaat. Maha besar Allah yang telah meluaskan nikmat iman dan Islam, yang
mengaruniakan limpah sehat dan sempat, dan yang memberikan keutamaan pada orang
yang berilmu, seperti keutamaan purnama atas seluruh bintang-bintang.
Shalawat dan salam terhatur kepada Rasulullah Muhammad ﷺ,
lelaki yang padanya terhimpun seluruh cerminan akhlaq Qur’an.
YTH. Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Yang kami hormati, para dosen, tenaga kependidikan, para orang tua dan
keluarga wisudawan/wisudawati, serta rekan-rekan wisudawan/wisudawati yang saya
banggakan
Perkenankanlah saya dengan segala kerendahan hati mewakili rekan-rekan
wisudawan/wati sekalian untuk menyampaikan beberapa patah kata yang barangkali
akan mewakili betapa riuhnya hati kami saat ini
Hadirin yang berbahagia,
Tentu
masih lekat dalam ingatan bagaimana pada awal mulanya kita memilih Psikologi
UMS untuk menjadi bagian dari kehidupan kita, bagaimana kemudian kita menjadi
satu dalam pusaran keluarga Psikologi UMS, bagaimana kita mengikuti orientasi,
menjejak pelataran fakultas dengan memikul segenap mimpi hingga menyelami
ilmu-ilmu yang penuh arti.
Ada
sebuah kutipan dari buku yang pernah saya baca bahwa adalah tugas pendidikan untuk membentuk manusia yang
beradab. Yakni, seseorang yang memahami betul potensi-potensi fisik,
intelektual, dan spiritualnya. Maka semoga pendidikan yang telah dijalankan
oleh Psikologi UMS, tak menjadikan sosok ‘manusia beradab’ itu kabur lagi
utopis. Meski yang kita ketahui sekarang, pendidikan kita alih-alih membentuk
insan adabi, justru kini menjadi mesin pembentuk manusia yang haus akan materi
dan apresiasi.
Hadirin yang berbahagia,
Perlunya memahami konsep dan adab ilmu dalam Islam, menurut Dr.
Adian Husaini, membuat seorang muslim wajib mencari ilmu yang fardhu
ain dan fardhu kifayah secara proporsional. Ilmu fardhu
ain yang wajib dikejar untuk diraih, salah satu contohnya adalah ilmu
Psikologi Islam. Firman “Qad aflaha man zakkaahaa, wa qad khaaba man
dassaaha,”, secara tersirat menganjurkan muslim agar memahami ilmu jiwa. Mengerti
bagaimana cara mensucikannya, dan mengetahui apa-apa yang mengotori jiwanya. Ilmu
ini wajib dicari setiap muslim, agar setiap muslim memahami bagaimana cara
membersihkan jiwanya agar menjadi jiwa yang tenang.
Maka yang ingin saya sampaikan, amat merugi sarjana psikologi
modern yang tidak paham tentang ‘jiwa’ (nafs), sehingga terkena penyakit
jiwa seperti ‘gila dunia’, ‘gila kuasa’, ‘gila harta’, ‘iri hati’, ‘takabbur’,
‘riya’, dan sebagainya. Sehingga jika pemerintah menawarkan konsep Revolusi
Mental, Islam mempunyai konsep yang sangat jitu dan jelas dalam membangun jiwa
manusia. Yakni melalui kurikulum utama yang berporos pada proses tazkiyyatun
nafs. Sebab hati adalah seluruh pangkal kebaikan maupun kerusakan.
Tak terukur syukur, bagaimana kemudian
kita menyadari bahwa Allah telah menggerakkan hati dan melapangkan kesempatan
kita untuk mempelajari ilmu-ilmu jiwa, di almamater kita Fakultas Psikologi UMS
tercinta.
Satu
penginsyafan kami bahwa beradanya kami di sini, tak lepas dari tempaan dan dukungan
berbagai pihak. Salam terbaik dari kami untuk siapapun yang sejauh ini, garis
hidupnya telah bersinggungan dengan garis hidup kami. Terima kasih kepada
dosen-dosen kami, guru-guru kami, atas keikhlasannya dalam berbagi samudera
ilmu kepada kami, terima kasih telah membersamai kami sejauh ini.
Terima
kasih kepada orang tua kami, Ayah Bunda kami, atas seluruh jerih, atas segenap
kasih, semoga pencapaian kami pada hari ini mampu memercik bahagia di sanubari,
atau sebagai jariyah yang murni muaranya, dan mengalir manfaatnya tiada
henti.
Terakhir,
sebagai pengingat bersama, terlebih pengingat diri, ada banyak hal yang tak
pernah kita minta, tapi Allah tiada pernah alpa memberikannya pada kita.
Seperti air yang sejuk, hangat mentari, kicau burung yang mendamai hati. Maka
atas doa-doa yang kita panjatkan, bersiaplah diijabah lebih dari apa yang kita
mohonkan.
Dengan
ilmu pengetahuan kita bisa melaju jauh, tapi hanya dengan iman kita akan sampai
ke tujuan. Selamat melanjutkan perjuangan, semoga kita
dipertemukan atau bahkan mungkin bersama dalam satu perjalanan selanjutnya.
Sengaja pilih foto yang rusuh! haha |
0 komentar