Waspada, Ini Tanda Kamu Harus Segera Mengunjungi Psikolog
By Zulfa Rahmatina - 8:58 AM
Hanan Dover |
Manusia
adalah makhluk sosial, merupakan kalimat klasik yang mungkin telah
kita dengar sejak duduk di tingkat sekolah dasar. Maknanya, tentu saja bisa
berbeda bagi setiap orang. Bisa pula berbeda bagi orang yang sama, di suatu
kondisi yang berbeda. Ketika kanak-kanak, barangkali kita memahami kalimat
tersebut dengan saling membantu teman yang membutuhkan. Ketika remaja, bisa
saja tafsirnya adalah makhluk yang saling membutuhkan dalam hubungan peer-group
atau bahkan ikatan romantis dengan lawan jenis. Ketika dewasa, pemahaman
tentangnya sangat mungkin berkembang menjadi makhluk dengan rentetan
konsekuensi yang menyertai seperti saling menyayangi dan disayangi; dibuat
kecewa dan mengecewakan; membenci dan dibenci; barangkali termasuk konsekuensi
untuk—suatu waktu—melukai dan dilukai.
Namun
bagaimana pun kita memaknai, agaknya highlight utama dari kalimat di
atas adalah tentang membangun interaksi dengan orang lain—suatu kondisi yang
membuat kita tidak bisa menafikan bahwa gesekan emosional sangat mungkin
terjadi. Akan ada banyak sekali emosi yang kita rasakan sepanjang rentang
kehidupan yang kita lalui. Kita memiliki ekspektasi dan harapan yang tidak
keseluruhannya dapat kita genggam. Kita gagal, takut, malu, dan hati kita patah
berkali-kali. Kita sering terjebak dalam perasaan diri sendiri tanpa tahu
bagaimana cara keluar dari situasi tersebut. Di kondisi yang lebih ekstrim,
kita dapat dengan brutal membenci diri sendiri.
Kamu
pernah merasakannya? Apa yang diingikan rasanya tak kunjung dekat dari
jangkauan. Ujian bertumpuk-tumpuk hingga dadamu serasa dihimpit oleh beban yang
besar. Tidak lupa, kegelapan mengerikan seolah menelan seluruh kegembiraan. Ya,
adalah keniscayaan bahwa kita semua akan diuji. Kita semua berpotensi mengalami
hal-hal yang baik dan buruk dalam hidup ini. Tapi jika hal-hal tersebut terjadi
dan kamu merasa kewalahan untuk menangani, bukan hal yang salah untuk mengubah
pola pikirmu, membuka diri, dan—sebagai makhluk sosial—meminta bantuan entah
kepada orang di sekitar kita atau bantuan dari profesional.
Di zaman
serba canggih ini, rasanya pemikiran kita pun harus menyertai. Stigma bahwa mengunjungi
tenaga kesehatan jiwa hanya diperuntukkan bagi orang gila (baca:
skizofrenia), harus pula kita buang jauh-jauh. Psikolog dan psikiater sebagai
tenaga ahli kesehatan jiwa tidak hanya dilatih untuk menangani satu gangguan
mental dan tidak pula hanya dibutuhkan bagi para penderitanya. Mereka pun bukan
tidak mungkin sangat dibutuhkan pula oleh orang-orang normal seperti kita. Jika
menilik dari pendapat Gustav Jung, salah satu tokoh dalam aliran psikoanalitik,
individu normal seperti kita sederhananya adalah versi ringan dari kondisi yang
ditemukan dalam patologi. Lalu, alasan apa saja yang membuat kita harus segera
mengunjungi psikolog? Yuk, kenali tanda-tanda kamu sedang membutuhkan suatu
layanan psikologi.
1.
Saat
Kamu Mempunyai Masalah yang Sangat Mengganggu
Tak ada
hidup yang tanpa masalah. Terkadang, masalah justru bisa mengantarkan kita
untuk menjadi manusia dewasa yang bisa merasakan sesuatu, berpikir, dan
bertindak dengan cara yang lebih bijaksana. Tapi perhatikan, ketika suatu
masalah membuat aktivitas keseharianmu terganggu dan kamu sudah mencoba
mengatasi masalahmu tapi tidak kunjung berhasil, mengunjungi tenaga kesehatan
jiwa sangat layak untuk dipertimbangkan.
2.
Terdapat
Pikiran yang Sulit Dikendalikan
Ketika
kamu gelisah dengan pikiranmu sendiri, terdapat perubahan sikap, perilaku, dan
pola aktivitas keseharian yang dirasa tidak wajar, kamu harus lebih waspada
dengan kondisi kesehatan mentalmu.
3.
Mengalami
Peristiwa Traumatis
Peristiwa
traumatis merupakan salah satu stressor yang sangat berpotensi bagi
seseorang untuk mengalami gangguan kesehatan mental. Jika kamu baru saja
mengalami peristiwa traumatis, atau merasa terganggu dengan pengalaman
traumatismu di masa lalu, segera kunjungi psikolog agar hal tersebut tidak
menjadi perasaan tidak nyaman yang berkepanjangan.
4.
Melakukan
Pelarian yang Buruk
Ketika kamu
menyadari telah melakukan coping yang maladaptif sebagai upaya
penyelesaian masalahmu seperti menggunakan obat terlarang, menonton video
porno, minum-minuman keras dan hal yang semacamnya, ketahuilah, bahwa hal itu
tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalahmu.
5.
Melakukan
Perilaku Berbahaya
Perilaku
berbahaya seperti melukai diri (self-harm) dengan membenturkan kepala,
melukai tangan, melempar barang, atau menyerang orang lain adalah tanda yang tidak
bisa diabaikan dan kamu harus segera mengunjungi profesional kesehatan jiwa.
Mengunjungi
psikolog seharusnya bukan lagi menjadi hal tabu. Masalahmu mungkin tidak
selesai hanya dalam satu sesi. Karenanya, kamu pun harus tahu bahwa psikolog
bukan ustadz yang memberi nasihat, bukan dokter yang meresepkan obat, bahkan
bukan dukun yang memberi jimat. Psikolog
ada untuk menjadi cermin, membantu menemanimu berproses untuk melihat permasalahanmu
dengan lebih bijaksana, dan bersama-sama mengatasinya dengan cara yang lebih
bermakna.
Seperti pepatah latin yang sering kita dengar, men
sana in corpore sano. Kesehatan fisik dan mental kita harus balance.
Karena tidak akan terwujud tubuh yang sehat, jika tidak diimbangi pula dengan
jiwa dan pikiran yang kuat. Saat ini ketika kita dengan sukarela bahkan susah
payah berinvestasi untuk menjaga kesehatan raga kita dan menjauhkannya dari
berbagai penyakit, sudah seberapa besar upaya yang telah kita lakukan untuk
menyembuhkan jiwa kita yang koyak dan terluka?
0 komentar