A Piece of Dream

By Zulfa Rahmatina - 11:43 AM


            Saya termasuk orang yang sedikit membaca manga. Umh, bukan tidak suka, tapi saya memang lebih memilih novel daripada komik. Bukan rahasia lagi, meski saya jarang membaca manga, saya menyukai live actionnya :D Euh, tapi entah kenapa saya kurang suka menonton animenya—kata temen otaku saya sih, itu wajar karena saya cewe (?)
            Untuk live action, saya suka Tantei Gakuen Q, Hidarime Tantei Eye, Ouran Host Club, Hana Kimi, Kindaichi, Otomen, Detective Conan—yang pemainnya Shun Oguri >_<. Terus banyak lagi :3 Oh iya, ada pengecualian untuk Conan. Ini, saya juga menonton anime dan membaca manganya! Saya juga begitu pada Doraemon. Sayang tidak ada live actionnya. Wkwk.
            Umh, untuk manga sendiri, saya biasa membaca manga yang menceritakan kehidupan klub-klub di sekolah—yang biasanya bergenre romance dan termasuk ringan. Saya juga suka membaca manga yang tentang masak-masak—duh, judulnya lupa! Conan, Doraemon, Shinchan dkk juga saya baca. Jadi kesimpulannya, komik yang saya baca itu yang ringan-ringan—kecuali yang genre detektif tentu saja.
            Dan ketika saya menemukan A Piece of Dream—di lemari tanteku. Komik ini udah sepuluh tahun yang lalu dan baru kubaca kemarin. *kudet—ini… jreng… jreng… jreng (?) sedikit kaget sih, karena latar yang diangkat tidak biasa—dilihat dari daftar bacaan manga saya.
            Komik ini menceritakan tentang keadaan di Jepang saat perang dunia ke II. Tentu saja tokohnya remaja—karena ini sedikit menyangkut ke romance. :3
            Pada saat itu, remaja putri pribumi dipaksa untuk menjadi perawat perang. Diceritakan, mereka juga menahan dirinya untuk tidak memakai warna-warna baju yang mencolok untuk menghindari sekutu. Kasihan, ya? padahal, cewe kan suka yang lucu-lucu gitu.
            Nah, di sini juga secara gamblang diterangin gimana kondisi psikis seseorang saat perang, baik mereka yang ikut perang, keluarga yang ditinggal perang, atau pun warga sipil.
            Di novel ini ada dua cerita. Cerita pertama tentang itu tadi—para remaja yang ‘diikutsertakan’ perang. Untuk cerita kedua, menurut saya lebih menegangkan. Karena menggunakan Kamikaze. Kamikaze sendiri adalah taktik militer Jepang. Prajurit melakukan tindakan bunuh diri untuk menghancurkan musuh. Seperti menabrakkan pesawat tempur ke kapal-kapal musuh. Kalau dalam islam, hal ini biasa disebut Amaliyah Istisyahidah—yang jika saya jelaskan di sini, akan menjadi sangat panjaaang :3 dewasa ini, banyak juga yang mengganti istilah itu dengan ‘Bom Syahid’ atau ada yang mengatakan Bom Bunuh Diri.
            Kembali ke manga tadi, cerita kedua ini lebih menekankan tentang kondisi seseorang yang sebentar lagi ditugaskan untuk melancarkan aksi Kamikaze. Nah, pasti tidak mudah, kan? Mereka yang melakukan taktik itu biasanya adalah para pemuda—yang seharusnya bisa hidup lebih lama—yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi pada negara. Konflik juga muncul ketika ternyata ada seseorang yang diam-diam mencintai pemuda itu—yang dikemudian hari, diketahui si pemuda juga memiliki rasa yang sama.
            Komik ini, bagus. Gambar-gambar—pesawat tempur, kapal-kapal, juga korban-korban perang dengan banyak balutan perban, tangan kaki buntung, bahkan para perawat yang terpaksa memberi sianida pada korban yang tidak bisa jalan dan diajak untuk mengungsi (hal ini dilakukan karena mereka tidak tega jika para korban harus mati digilas bulldozer. Jadilah negara lebih menyuruh mereka ‘mengikhlaskan’ dirinya untuk mati dengan menenggak sianida. Dan yang tidak bisa meminumnya, mereka akan disuntik :( )—sangat mendukung.
            Dan pesan yang saya dapat, bagaimana seseorang menghargai hidupnya. Menjalankan tugas masing-masing yang telah Tuhan pikulkan di tiap bahu manusia. Keikhasan. Cinta. Dan, sampai kapan pun, perang akan selalu menimbulkan penderitaan, bukan?
            Dengan kata lain, marilah kita hentikan semua kesia-siaan waktu untuk saling berebut ini! Mari wujudkan bumi yang damai! Peace. ^_^V

     

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar