Setiap Desember, aku selalu berpikir bahwa
waktu berlalu begitu cepat. Tapi sungguh, ini adalah tahun yang singkat.
Setidaknya begitu yang sudah kurasakan, bukan lagi menjadi sebuah bayangan. Ada
banyak ambisi yang tercapai di tahun ini, ada lebih banyak emosi yang
dirasakan, ada orang-orang baru yang datang, tak sedikit mereka yang
menghilang; jika bukan karena kesalahanku, tentu karena kesalahan dirinya
sendiri yang rupanya masih berkomitmen dengan orang lain dan lupa akan apa yang
mulutnya katakan, lupa akan apa yang otaknya pikirkan. Orang-orang seperti ini,
bukankah sungguh menyebalkan? Tapi kita jadi semakin paham, tidak ada
penyesalan untuk orang yang bermain-main dalam berjuang.
Ini adalah tahun yang singkat. Tahun yang
membuka banyak kesempatan. Kesempatan untuk mencoba hal-hal baru yang belum
pernah dilakukan. Kesempatan merayakan beberapa pencapaian dengan seremonial
sederhana. Kesempatan mengantarkan beberapa orang pada pemahaman-pemahaman
baru. Kesempatan untuk datang dan pergi. Ada dan tiada. Ditinggalkan, juga
meninggalkan pada akhirnya. Ini adalah tahun yang singkat. Tahun yang
membuka banyak ruang. Ruang untuk menyusun ulang upaya yang belum sempurna
tertunai, ruang untuk mengistirahatkan diri dari ambisi-ambisi tinggi, ruang
untuk memperluas tempat sujud, ruang pemaknaan, ruang untuk kesabaran dengan
durasi yang lebih panjang.
Ini adalah tahun yang singkat. Tahun yang
menampakkan bahwa dunia juga dipenuhi orang-orang yang hatinya sempit,
pikirannya picik, kata-katanya kotor, dan perilakunya kasar. Tapi nyatanya ini
juga tahun yang mempertemukan pemahaman bahwa masih penuh pula orang-orang yang
mampu membuat hati menghangat, membangkitkan semangat, dan memperkokoh tekad.
Orang-orang yang memiliki empati tinggi, ramah, baik hati. Ini juga tahun yang
singkat ketika daftar buku-buku bacaan tidak juga naik-beranjak, ketika
beberapa mimpi ditangguhkan mangkrak, ketika janji-janji pertemuan justru
membentang lebih panjang jarak. Ketika rasanya lebih banyak yang berlalu tanpa
benar-benar tahu makna yang dituju.
Kukira, kita merasakan itu semua. Perasaan
meluap-luap, dada yang berdebar-debar, helaan napas dalam-dalam. Kita
merasakannya untuk banyak alasan. Alasan yang berbeda. Kita cemas menunggu
pesan seseorang, kita berdebar-debar saat menanti sebuah pertemuan di salah
satu meja yang telah dipesan, kita menghela napas panjang untuk mengatur
kata-kata apa yang sebaiknya diutarakan. Waktu begitu singkat dan emosi yang
kita rasakan begitu padat. Jalani, nikmati, pahami. Hanya itu yang kita miliki
sementara bahkan seluruh perasaan yang datang nyatanya hanya berupa titipan.
Tidak ada yang benar-benar berada dalam kuasa kita. Tidak ada sesuatu yang bisa
kita genggam, kecuali kuasa untuk mengelola hati kita.
Kita tidak memiliki kuasa untuk memiliki apa
yang kita mau, namun kita memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang belum
kita miliki, serta dengan berlapang hati mensyukuri dan memaksimalkan apa yang
telah kita terima. Bagaimana pun semua terasa begitu kejap, atau bahkan mungkin
berjalan demikian lambat, pada akhirnya kita akan pulang, setelah perjalanan
panjang.
Source: Galeri HP Nabil |
0 komentar