google.com |
Barangkali benar, dunia ini memang dipenuhi oleh hal-hal yang kita
inginkan, tapi tidak mengingini kita. Dunia ini dipenuhi oleh mimpi-mimpi yang
seolah tak kunjung tercapai. Kita menginginkan nama besar, kita berharap
sederet gelar, kita ingin pekerjaan yang bisa membuat hidup kita menjadi
nyaman, kita ingin berkunjung ke tempat-tempat populer, kita mengharapkan
pasangan romantis penuh cinta yang segala kisahnya bisa kita bagikan di seluruh
laman media sosial, kita menginginkan anak-anak cerdas dan lucu yang fotonya
bisa memenuhi feeds Instagram. Kita menginginkan kebahagiaan, tanpa mengerti
apa itu sebenarnya arti kebahagiaan.
Semakin sering matahari beranjak ke peraduan, semakin banyak
purnama terlewati, seharusnya kita sudah selesai. Kita tak perlu kecewa jika
pencapaian-pencapaian kita tak sejauh orang lain. Kita tak perlu resah jika
jalan yang kita lewati lebih curam dan panjang, seolah tiada ujung. Kita tidak
perlu menangis berlebihan jika episode kisah cinta kita barangkali ditangguhkan,
oleh patah hati, oleh perpisahan. Kita tak perlu khawatir jika laman media
sosial kita hanya berisi kata-kata penguatan, bukan menampakkan deretan keping
prestasi-prestasi mencengangkan, atau kehidupan yang penuh dengan apa-apa yang
kita sangkakan. Kita seharusnya sudah selesai dengan itu semua. Dunia ini hanya
senda gurau. Dunia ini hanya permainan. Kita menginginkan apa-apa yang tampak
indah. Sedang kita tidak mengerti, tak ada penjamin bagi kita yang bisa
memastikan apakah jika semuanya kita dapati, itu akan membuat segalanya menjadi lebih mudah.
Seharusnya kita sudah selesai. Kita tidak akan berlama-lama berada
di sini. Waktu berkelebat tanpa sering kita sadari. Esok—dan itu pun jika ia
masih datang—semoga kita semakin dewasa untuk memahami. Semua ini sementara. Ia
fana. Ketika kita tertinggal oleh suatu jadwal keberangkatan, ketika kita
melewatkan peluang, ketika apa yang ingin kita capai tak kunjung datang, ketika
kita merasa tak henti-henti dikecewakan oleh pengharapan-pengharapan, ketika
kita mendapati diri kita tidak dapat menikahi orang yang kita inginkan, pernahkah
kita berpikir bahwa ia hanyalah sekelumit jalinan takdir untuk menuju takdir
yang lain? Pernahkah kita berhenti untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu
untuk kebaikan kita sendiri? Seringkali, Allaah mengambil hal-hal tertentu dari
kita, hanya untuk menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, dengan
sesuatu yang membuat hati kita menjadi baik. Dengan tak ada lagi luka, tak ada lagi
lara.
Dari awal, seharusnya kita sudah selesai. Jika kita mengerti,
segalanya mesti Allaah muaranya. Segalanya mesti ridha, tujuannya. Seharusnya kita sudah selesai. Lalu semoga setelah
ini, hati kita sembuh dan membaik.
Ramadhan 1440, day 3.
0 komentar