Seharusnya Kita Sudah Selesai

By Zulfa Rahmatina - 12:09 PM

google.com

Barangkali benar, dunia ini memang dipenuhi oleh hal-hal yang kita inginkan, tapi tidak mengingini kita. Dunia ini dipenuhi oleh mimpi-mimpi yang seolah tak kunjung tercapai. Kita menginginkan nama besar, kita berharap sederet gelar, kita ingin pekerjaan yang bisa membuat hidup kita menjadi nyaman, kita ingin berkunjung ke tempat-tempat populer, kita mengharapkan pasangan romantis penuh cinta yang segala kisahnya bisa kita bagikan di seluruh laman media sosial, kita menginginkan anak-anak cerdas dan lucu yang fotonya bisa memenuhi feeds Instagram. Kita menginginkan kebahagiaan, tanpa mengerti apa itu sebenarnya arti kebahagiaan.

Semakin sering matahari beranjak ke peraduan, semakin banyak purnama terlewati, seharusnya kita sudah selesai. Kita tak perlu kecewa jika pencapaian-pencapaian kita tak sejauh orang lain. Kita tak perlu resah jika jalan yang kita lewati lebih curam dan panjang, seolah tiada ujung. Kita tidak perlu menangis berlebihan jika episode kisah cinta kita barangkali ditangguhkan, oleh patah hati, oleh perpisahan. Kita tak perlu khawatir jika laman media sosial kita hanya berisi kata-kata penguatan, bukan menampakkan deretan keping prestasi-prestasi mencengangkan, atau kehidupan yang penuh dengan apa-apa yang kita sangkakan. Kita seharusnya sudah selesai dengan itu semua. Dunia ini hanya senda gurau. Dunia ini hanya permainan. Kita menginginkan apa-apa yang tampak indah. Sedang kita tidak mengerti, tak ada penjamin bagi kita yang bisa memastikan apakah jika semuanya kita dapati, itu akan membuat segalanya menjadi lebih mudah.

Seharusnya kita sudah selesai. Kita tidak akan berlama-lama berada di sini. Waktu berkelebat tanpa sering kita sadari. Esok—dan itu pun jika ia masih datang—semoga kita semakin dewasa untuk memahami. Semua ini sementara. Ia fana. Ketika kita tertinggal oleh suatu jadwal keberangkatan, ketika kita melewatkan peluang, ketika apa yang ingin kita capai tak kunjung datang, ketika kita merasa tak henti-henti dikecewakan oleh pengharapan-pengharapan, ketika kita mendapati diri kita tidak dapat menikahi orang yang kita inginkan, pernahkah kita berpikir bahwa ia hanyalah sekelumit jalinan takdir untuk menuju takdir yang lain? Pernahkah kita berhenti untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa itu untuk kebaikan kita sendiri? Seringkali, Allaah mengambil hal-hal tertentu dari kita, hanya untuk menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik, dengan sesuatu yang membuat hati kita menjadi baik. Dengan tak ada lagi luka, tak ada lagi lara.

Dari awal, seharusnya kita sudah selesai. Jika kita mengerti, segalanya mesti Allaah muaranya. Segalanya mesti ridha, tujuannya. Seharusnya kita sudah selesai. Lalu semoga setelah ini, hati kita sembuh dan membaik.


Ramadhan 1440, day 3.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar