doc. pabelan-online.com |
Pertama-tama, terima kasih untuk seluruh pihak yang membersamai sejak dari perjalanan ini dimulai hingga terakhir, saat skripsi, saat mau sidang, saat revisian, saat menunggu SKL keluar, hingga saat pemberkasan wisuda. Alhamdulillaah, alhamdulillaah, alhamdulillaah. 3,5 tahun tentu waktu yang sebentar, untuk kalimat mitos yang mengatakan mahasiswa Psikologi susah lulusnya! Ah, buktinya aku kurang dari 4 tahun, hehe. Maka patutlah kuucapkan jazakumullah ahsanal jazaa untuk pihak-pihak yang membantu melewati semua drama ini. Meski kelihatannya lintang pukang sendiri, sampai dada sakit karena bengek nggak kelar-kelar (waktu drama revisi dan pemberkasan), psikosomatis yang sedikit menghambat kelincahan (tapi alhamdulillaah sakitnya engga sebelum dan pas sidang kan yak, Allah Maha Baik!). Hanya, ada pihak-pihak yang mohon maaf sekali karena kegupuhanku beberapa waktu belakangan, notifnya bunyi terus, dm-nya penuh terus, jadi minoritas—ya, aku sidang prematur kata teman-teman—membuat arus informasi sedikit tersumbat, karena informasi mengalir lebih deras di angkatan atas, hehe.
Terima kasih pihak-pihak yang sudah turut mendoakan, rutin tanya
kabar, menyemangati, membantu biar tertata, bersedia mendengar sambatan dan tak
bosan-bosan lihat emoticon mewek, sampai yang bersedia
menemani pontang-panting fotocopyan-dekanat, atau memantau dari jauh dan
memastikan langkah demi langkah Zulfa terlewati dengan baik. Ya Allaah,
bersyukurnya punya kalian. Indahnya berjejaring :’)
__________
Jadi, jurusan Psikologi, adalah jurusan yang menurutku sangat
sesumbar. Bagaimana tidak, selain Psikologi, siapa lagi yang berani mengklaim
bahwa dia akan terus bermanfaat selama ada manusia? Mahasiswanya pun demikian.
Sering menyebut diri sendiri mantu idaman karena sudah mempelajari perkembangan
manusia bahan sejak periode prenatal. Tentu selain bisa diandalkan dengan
ilmu parenting-nya saat memiliki anak-anak kelak, harapannya sih bisa
jadi masyarakat yang baik dan menantu kebanggaan mertua (apa sih ini haha,
semoga mertua kami shalih—aamiinkan, ya! wkwk). Jurusan ini juga dipandang
sangat asik karena digadang-gadang bisa baca pikiran orang! Keren nggak tuh
(padahal ya nggak gitu juga). Yaa, kami nggak sekadar bisa baca pikiran
kalian—yang mengira kami pasti bisa baca pikiran—lebih dari itu, kami ‘membaca’
perilaku.
Baiklah, mari kita mulai kisah lika-liku kuliah di Psikologi
UMS. Sebelumnya, kenapa kalian harus mempertimbangkan Psikologi UMS,
lebih-lebih untuk yang bertanya-tanya bakal dikemanain nih, Islam, kalau kita
belajar Psikologi (karena textbook dan teori-teori kebanyakan dari
Barat), bersyukurlah karena di UMS-lah, Psikologi Islam di Indonesia pertama
kali berkembang lewat simposiumnya. Fakultas Psikologi UMS memiliki lingkungan
yang sangat positif. Atmosfer akademiknya juga mendukung untuk mengembangkan
tidak hanya intelektual, mental, tapi juga spiritualmu loh! (engga promo ini,
ngapain). Aku jadi ingat gimana dosbingku selalu bilang gini tiap aku mau
berbuat sesuatu, “Zulfa, sejauh mana kebermanfaatannya?” atau saat aku waktu
itu gundah sekali soal skripsi lantas diingatkan, “Zul, kamu kok urusan dunia
aja, khawatir,” Ya Allaah hatiku seperti disayat-sayat rasanya.
Tidak mudah untukku yang suka bercerita—lewat tulisan—untuk tidak
meluapkan seluruh kenangan yang terjadi selama berkuliah di Psikologi UMS.
Tetapi, tulisan ini akan aku usahakan seringkas mungkin. Happy reading!
Kuliah
Berkuliah di jurusan Psikologi di mana pun tempatnya, tidak akan mungkin
tidak bertemu dengan mata kuliah praktikum. Pada mata kuliah ini, mahasiswa
diwajibkan mengenakan jas hitam dalaman kemeja panjang putih, rok/celana kain
hitam, dan sepatu pantofel. Aksesoris yang haram tertinggal selain setelan
tersebut yakni stopwatch yang biasa dikalungkan di leher. Ada
7 praktikum yang harus kamu lewati jika berkuliah di Psikologi UMS (ini juga
jaman saya masih kuliah yaa). Gambaran praktikum-praktikum tersebut di
antaranya adalah Praktikum Aplikasi Komputer, Observasi dan Interviu,
Pengelolaan Tes Psikologi, Psikologi Eksperimen, Asessmen Anak, Tes Psikologi,
dan Teknik Konseling. Praktikum adalah drama terhebatnya anak Psikologi mana
pun (kukira). Mulai belajar tetek bengek alat-alat tes, cari testee sesuai
kriteria yang ditetapkan, mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, mengurus
soal kesejahteraan, sampai urusan format-format laprak dan deadline yang
kejar-kejaran. Segala perasaan bakal tumpah ruah deh di sini. Mentalmu juga
bakal diuji habis-habisan. Kalau misalnya di film nih, itu adegan yang lagi
puncak-puncaknya. Atau kalau lagi di filmnya Leonardo DiCaprio, Shutter Island,
itu saat kamu lagi bingung-bingungnya sama kisah Edward ‘Ted’ dan pengen
mengumpat sutradara karena plot twistnya, nyambung ngga sih ini perumpamaannya wkwk.
Siap-siap, ya! Bukan seram, cuma menantang dan banyak pembelajaran :)
Nah, kegiatan internship atau magang ini baru
diberlakukan pada angkatanku (Psikologi 2015). Sebelumnya, magang hanya
disediakan oleh peminatan Psikologi Klinis. Agenda yang masuk dalam mata kuliah
Aplikasi Psikologi ini akan menempa softskill-mu lewat pilihan
peminatan. Misal jika kamu memiliki minat pada bidang Psikologi Klinis seperti
aku, kamu bisa magang di instansi mitra fakultas, misalnya Rumah Sakit Jiwa
Daerah, Lembaga Pemasyarakatan, dsb. Kalau kamu memilih peminatan Psikologi
Sosial, kamu bisa magang di yayasan-yayasan sosial. Peminatan Psikologi
Industri dan Organisasi biasanya membebaskan mahasiswa memilih tempat magang di
perusahaan-perusahaan (sepertinya sih di bidang HRD, ya) dan peminatan
Psikologi Pendidikan tentu magang di sekolah-sekolah. Untuk menempuh magang,
ada beberapa alur yang harus dilewati terlebih dahulu (ini juga tergantung
pilihan peminatan, sih. Klinis paling banyak syaratnya!). Hanya saja biasanya
mahasiswa menempuh Aplikasi Psikologi ini mulai semester 6. Kalau kebetulan
kamu pengen tahu pengalamanku selama magang di Rumah Sakit Jiwa Daerah, coba
deh baca di sini.
Tim magang klinis ditraktir pengampu hehe |
Organisasi
Mentoring Psikologi |
Sudah ya, itu saja. Itu dulu. Finally, selamat Zulfaaa sudah sampai di titik ini, selamat merayakan perjalanan-perjalanan selanjutnya yang menghantarkanmu pulang. Mohon doanya yaa, semoga ilmu yang kudapat berkah dan bisa membuatku semakin menjadi muslim yang bertaqwa, muslim yang digdaya, dan bermanfaat lebih untuk ummat. Semoga kita dipertemukan atau bahkan mungkin bersama dalam perjalanan selanjutnya.
8 komentar
Selamat kak atas kerja kerasnya, semoga membuahkan kebanggaan diri dan bermanfaat bagi umat. Disina saya berencana ambil psikologi di ums, mohon doanya semoga dilancarkan. Kak aku mau tanya, proses kuliah fakultas psikologi yang paling bikin stres itu bagian semester berapa? hehe. dan untuk mengembangkan sosial, kegiatan kampus yang paling direcomendasikan apa? dan apakah melakukan tes kaya interview untuk masuknya (kegiatan kampus)? thank you
ReplyDeleteHalo Ima, aamiin terima kasih ya. Doa baik-baik untukmu juga :)
DeleteMaaf baru lihat komen kamu, soal stres, sebenarnya stresor tiap orang berbeda-beda, jadi menurutku itu relatif. Tapi untuk mahasiswa S1 Psikologi UMS, kami sudah bisa mengambil mata kuliah praktikum di semester 3 yang tentu saja tantangannya lebih banyak dari mata kuliah teori biasa. Kalau kegiatan kampus juga banyak banget, kamu perlu kenali potensi, minat, juga bakat kamu sebelum memutuskan gabung di salah satu UKM. Pertimbangkan juga dengan niatmu, cara/strategi kamu memanajemen diri/waktu, juga goals apa yang mau kamu tuju. Buat tanya-tanya lebih lanjut bisa dm Twitter aku ya @zulfarahma_ atau Instagram (at)zulfa.rahma_
Hai kak, boleh dijelaskan gimana proses masuk ke psikologi ums? Apakah ada tes kesehatan juga? Dan jika ada meliputi apa saja?
ReplyDeleteWaah maaf komentarnya baru terbaca. Kalau ini regulasinya langsung dari pihak kampus. Kamu bisa ikut tes dan harus mencapai passing grade tertentu yang disyratkan pada jurusan yang dituju. Iya, waktu aku dulu juga ada tes kesehatan. Bisa cek web PMB UMS atau medsosnya ODS UMS ya.
DeleteKak klo praktek wawancara, objek wawancara ditentukan atau cari sendiri?
ReplyDeleteHalo, untuk kegiatan praktikum seluruh subjek ditentukan kriterianya oleh pengampu dan kita nanti cari sendiri berdasar kriteria itu :)
DeleteMasyaAllah Tabarakallah
ReplyDeleteSuka banget sama ceritanya :)
Jazaakillaahu khoiron 🥰
Delete