pic source: islampos |
Cuaca
mulai dingin akhir-akhir ini. Semoga pikiran kita juga. Tidak mudah tersulut
oleh hal-hal remeh, tidak mudah memandang orang lain remeh. Seperti sepatu yang
kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya. Memaksakan tapal kecil untuk telapak
besar akan menyakiti, memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan. “Karena
ukuran kita tak sama,” kata Salim A Fillah.
Sungguh
tak bijak mengukur orang lain sesuai dengan ukuran-ukuran kita sendiri. Tempaan
pengalaman yang berbeda, akan menghasilkan pribadi yang berbeda pula. Beda
ukurannya, beda kecenderungannya, beda tindak tanduknya. Setiap orang terbentuk
dari pengalaman hidupnya masing-masing. Seperti cara bertutur, sikap,
kepedulian, bentuk kasih sayang, idealisme, prinsip, hingga pemilihan kata yang
digunakan. Setiap orang berbeda. Mustahil untuk menemukan seseorang yang serupa
dengan kita. Mustahil kita meminta dipersatukan dengan sosok yang syarat dan
keharusannya kita reka-reka.
Menimbangnya,
bukankah itu pertanda, bahwa setiap manusia memiliki tugas besar menjadi yang
terbaik? Terbaik, sesuai kemampuan dirinya. Terbaik sesuai ukurannya. Terbaik dengan
kebaikan-kebaikan yang senantiasa diusahakannya. Sehingga saat satu energi
kebaikan bersatu dengan energy kebaikan yang lain, mereka lantas bersinergi
melimpahi semesta dengan jutaan kebaikan yang lain. Menjadilah pribadi yang
kuat dengan kebaikan-kebaikan yang menyertai. Meski setiap hati memiliki
kecenderungannya, setiap pikir memiliki sudut pandangnya. Setiap orang berbeda.
Yang serupa, Allah memberi kita iman meski kita tidak pernah memintanya. Maka
semoga atas iman ini, Allah memberi kita jalan kemudahan menuju syurga ketika kita
memintanya.
0 komentar