Di Balik Film Bilal: A New Breed of Hero

By Zulfa Rahmatina - 7:13 PM


A thousand years ago, one boy with a dream of becoming a great warrior is abducted with his sister and taken to a land far away from home. Thrown into a world where greed and injustice rule all, Bilal finds the courage to raise his voice and make a change. Inspired by true events, this is a story of a real hero who earned his remembrance in time and history

Poster Film Bilal: A New Breed of Hero

Ba’da tahmid, semoga Allah mengampuni kekhilafan yang menyertai tulisan ini. Baru saja menuntaskan menonton film animasi dengan durasi terpanjang pertama dari Uni Emirat Arab (UEA), Bilal: A New Breed of Hero. Film ini saya dengar dari adik laki-laki saya yang saat ini berada di pesantren Al Mukmin Ngruki. Ceritanya, Sabtu kemarin kami sekeluarga menginap di pesantren dan saya sengaja membawa laptop untuk dia mainkan. Lekaslah Nabil, adik saya, mencari film Bilal dan mendownloadnya. “Daripada nonton Dilan,” katanya “aku sudah nonton, waktu itu diputerin Ustadz.”

Menunggu Ummi membersihkan diri, saya dan Abi menontonnya secara daring sembari menunggu proses mengunduh selesai. Kadang kami tertawa karena adegan lucu yang ditampilkan pada masa kanak-kanak Bilal. Lalu kami tercekat ketika Bilal dan Ghufaira harus terpisah dari ibunya dan kemudian menjadi budak Umayyah, serta diganggu anaknya, Shafwan. Selesai. Belum ada seperempat kisah. Ummi datang dan kami pergi ke Arofah untuk melihat-lihat buku dan membeli beberapa setel koko untuk Nabil.

Sore ini setelah menuntaskannya, saya diliputi keharuan yang menyeruak. Saya misalnya, ingin berteriak saat sosok gagah Hamzah muncul dengan kuda dan pedangnya. Saat Saad ibn Abi Waqqash lincah dengan anak panahnya. Saat Abu Bakr Ash Shiddiq mampu membungkam Umayyah yang sewenang-wenang. Saat Hamzah mengajari Bilal menggunakan pedang. Saat peristiwa hijrah. Saat Badar. Terlalu banyak adegan heroik yang membuat saya berdebar-debar, dan dada saya diliputi dengan kegembiraan dan kebanggaan.

Saya pikir, tak banyak yang bisa saya ceritakan dari film. Menilik dari judul film, tentu kita tahu ia berkisah tentang kehidupan Bilal ibn Rabah, seorang budak yang kemudian memeluk Islam dan menjadi muadzin pertama. Jangan terburu-buru sampai pada hadits mengenai terompah Bilal yang terdengar oleh penduduk langit. Bagi yang sudah masyhur dengan kisahnya, tentu akan hafal episode hidup saat Bilal disiksa dan ditindih batu oleh tuannya, juga saat akhirnya Abu Bakr Ash Shiddiq menebusnya. 

Selesai menonton, iseng-iseng mengecek trailer di YouTube, saya mendapati Bilal dialihbahasakan menjadi bahasa Inggris—atau versi yang saya tonton yang dialihbahasakan? Padahal, jelas-jelas saya menontonnya dengan dubbing Arab fushah yang menyenangkan sekali untuk merecall mufrodat Arab yang tertimbun lama di kepala saya. Saya lebih terkejut ketika melihat ulasan yang memaparkan bahwa film ini menuai kontroversi. Lebih-lebih pada media yang berkata bahwa Bilal: A New Breed of Hero membawa misi liberal dan sekulerisme. Oh wait, are you serious?

Meski baru dirilis di AS, film dengan format 3D dan disutradarai Ayman Jamal dan Khurram H Alavi ini sebenarnya merupakan film lama karena tayang perdananya (premier) dilakukan di Festival Film Internasional Tahunan ke-12 pada 9 Desember 2015, dan kemudian, pada 8 September 2016, dirilis di seluruh wilayah MENA (Timur Tengah dan Afrika Utara). Awal Februari 2018, sebuah film animasi hasil produksi Barajoun Entertainment mulai meluncur di bioskop-bioskop Amerika, kemudian masuk Eropa dan kini telah masuk Indonesia.

Bilal juga kabarnya mendapat berbagai macam penghargaan seperti memenangkan kategori “The Best Inspiring Movie” saat disertakan dalam Festival Film Cannes, dan meraih “Film Inovatif Terbaik” versi BroadCast Pro Middle East Award. Film yang markas studio pembuatannya berada di Dubai, Arab Saudi, ini juga dinominasikan untuk kategori Best Animated Feature Film di ajang Asia Pacific Screen Awards atau APSA.

Lalu, apa yang membuat Harian Umum mengatakan Bilal adalah film dengan misi liberal dan sekularisme? Mari kita simak dan lihat faktanya.


Menurut muslimmatters.com, film ini tidak menggambarkan kehidupan Bilal yang sesungguhnya, bahkan cenderung hanya menjadi sebuah kisah yang terinspirasi oleh cuplikan sejarah dalam kehidupan sahabat Rasulullah SAW itu, namun tetap dengan menggunakan namanya.

“Pertama kali saya melihat trailer film Bilal: A New Breed of Hero, saya merasakan adanya kombinasi kegembiraan dan rasa ingin tahu tentang film ini, dan  saya ingin menontonnya,” tulis Zeena Alkurdi, reporter muslimmatters.com yang mengulas film itu, seperti dikutip harianumum.com, Kamis (8/2/2018). Ia mengakui, setelah menonton film itu ia merasakan ada kebingungan atas alur cerita film itu, karena selain berbeda dengan kisah Bilal yang sesungguhnya, film ini juga tidak Islami dan terkesan mengusung misi sekular dan liberal.

Sumber referensi yang lain bahkan menyebut sedikitnya ada enam hal yang membuat kisah di film ini tidak sesuai kisah kehidupan Bilal yang sesungguhnya.

Berikut keenam hal tersebut:
1. Bilal Bin Rabah adalah Sahabat Rasulullah SAW yang terkenal memiliki suara azan yang merdu, namun di film ini Bilal sama sekali tidak mengumandangkan Azan. (Tidak benar, saya sekali mendengar cuplikan adzan dan di akhir film Adzan dilantunkan hingga akhir)

2. Sepanjang alur film nama Allah dan Rasulullah SAW sama sekali tidak disebut-sebut padahal Bilal adalah salah satu sahabat  Rasulullah SAW yang paling dekat. Bahkan saat Bilal masih hidup, Allah sudah menjaminnya akan masuk surga. (Seusai menonton, saya mendapati karakter Abu Bakr Ash Shiddiq beberapa kali menyebut kata Rasulullah. Tidak cukup kah?)

3. Saat adegan penyiksaan dimana Bilal ditindih dengan batu, Bilal mengucapkan "I want a freedom (aku ingin kebebasan", padahal dalam kisah sesungguhnya Bilal mengucapkan "Ahad, Ahad, Ahad" yang merupakan kalimat tauhid yang mengakui keesaan Allah SWT. (Kembali lagi, saya menonton Bilal versi bahasa Arab fushah, dan saya berkali-kali memutar adegan Bilal saat mengucapkan kata-kata cintanya yang masyhur, “Ahadun, Ahad,” dengan berkaca-kaca :’) wallah)  

4. Malaikat digambarkan seperti sosok kuda putih

5. Adik bilal yang wanita tidak berhijab, berpakaian terbuka, penuh aksesoris dan ber-make up (Benar, tapi tidak seberlebihan itu. Fakta lain, di film Bilal tidak diceritakan seorang pun muslimah/shahabiyah lain. Saya pikir karena animasi ini fokus pada Bilal)

6. Pada film ini terdapat slogan yang dicurigai mengusung misi liberal dan sekular. Slogan itu diucapkan ibu Bilal: "Being a great man is living whithout a chain (Menjadi orang besar artinya hidup tanpa ikatan)". (Please, maksudnya apa? Bukankah memang masing-masingnya kita adalah hamba yang merdeka?)

Kesempurnaan hanya milik Allah. Sejarah pun memiliki sumber yang berbeda-beda setiap muaranya. Tetapi Ayman Jamal membuat animasi ini atas keresahannya mengenai pahlawan Islam dalam benak kanak-kanak muslim kita. Padahal konon, penelitian yang dikepalai oleh psikolog sosial David McCleland mengungkap bahwa etos sebuah bangsa tergantung pada cerita yang merasuki alam khayal kanak-kanak. Maka negeri yang amat subur dengan korupsi, menurut Salim A Fillah dalam Lapis-Lapis Keberkahannya, amat berhajat mengganti si kancil yang suka mencuri, pandai menipu dan hebat tak terkalahkan dengan sosok nyata yang meraksasa di langit sejarah. Maka negeri yang tercandu luncahnya pornografi mungkin sudah saatnya mengganti Jaka Tarub yang mengintip bidadari mandi dengan kisah kehormatan dan kesucian yang terpuji.

Dilansir dari Shaliha.id kepada IBTimes UK, Ayman mengatakan, “Saya menyadari bahwa kita kekurangan film animasi tentang jagoan yang berasal dari budaya kita sendiri. Suatu hari saya melihat anak saya berlari mengenakan kostum dan pura-pura menjadi tokoh fiksi. Saya ingin ia terinspirasi oleh tokoh panutan sungguhan. Saat saya memikirkannya, saya tak dapat menemukannya. Dari situlah ide film Bilal dimulai.”

Bilal untuk animasi biografi mungkin memang tidak terlalu dalam menampilkan bagaimana latar belakang keluarga, bahkan dari mana Bilal berasal. Beberapa kalangan yang meresensi film ini juga mengatakan nilai-nilai Islam akan lebih baik jika dipaparkan dalam porsi yang lebih banyak. Akan tetapi jika atas dasar menumbuhkan kembali kebanggaan pada tokoh Muslim Ayman mengawali filmnya, ia berhasil. Setidaknya untuk saya. Mungkin untuk mangsa muslim lainnya yang memang saya rasa disasar animasi ini. Muslim yang, tentunya, telah mengenal Bilal. Adapun untuk pasar nonmuslim, sepertinya porsi nilai-nilai Islam itu telah dipertimbangkan matang-matang. Dalam hal ini, Ayman berhasil menyuburkan bibit kecintaan saya kepada para sahabat. Terlepas dari komentar negatif yang juga muncul dari balik hujan pujian, Bilal: A New Breed of Hero kembali menyadarkan saya bahwa ada manusia-manusia agung yang diabadikan oleh zaman, dikenal penduduk langit, sebab keimanan mereka yang murni dan semerbak aliran manfaat yang tiada putus-putusnya. Selain tampilan visual yang menarik, semoga film semacam ini tidak lantas menjadi dalih bagi kita untuk malas membeli dan membaca kitab-kitab siroh, ya! :')

  • Share:

You Might Also Like

10 komentar

  1. Ini review yang sangat apik mbak. Saya senang melihat ada pembelaan di sini, dan saya juga merasakan keresahan yang sama ketika film ini ditonton dalam dubbing bahasa inggris, memang lebih baik dalam versi Arab.
    Sekali lagi tulisan ini sangat bermanfaat, dijelaskan sepenuh hati, ditutup dengan pesan untuk melanjutkan bacaan siroh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam, terima kasih sudah membaca tulisan saya Mbak. Mohon dimaafkan jika ada khilaf dalam resensi ini. Menyenangkan sekali menemukan komentar Mbak di sini. Semoga menjadi pelecut bagi saya untuk terus menulis :)

      Delete
    2. Sebelum puasa tahun ini, saya sudah menamatkan film nya mba. Cuman baru bisa posting review hari ini. Jika berkenan, silahkan kunjungi https://yunita-kusumawardani.blogspot.com/2018/06/review-film-bilal-new-breed-of-hero.html

      Terimakasih mba

      Delete
  2. Assalaamu'alaikum. Saat ini saya belum menemukan Link Bilal yang berbahasa Arab,boleh minta link-nya? Syukron

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumussalam, maaf baru balas https://indoxx1.kim/movie/download-full-movie-bilal-a-new-breed-of-hero-74q6/play

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Bismillahirrahmanirrahiim..
    Assalamhalaikum kak zulfa, tulisan yang bagus.. Mau kasih like tapi sptnya gak ada tombol like yah disini hehe :D Satu hal, saya juga baca nih ulasan2 negatif ttg film ini.. Salah satunya yg mengenai minimnya disebutkannya Rasulullah Muhammad. Sebenarnya saya justru lebih condong ke sisi yang mendukung hal ini. Karena bagaimanapun ya, film ini kan dibuat utamanya to entertain jadi ye mesti ada dramatisasi. Nah saya kira dg diminimalkannya oenyebutan nama Baginda Rasulullah Muhammad ini semacam usaha utk menjaga ke'sakral'an gitu lho. Wallahu a'lam. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumussalaam, terima kasih sudah membaca :)
      Benar, saya juga berpikir tentu hal tsbt sudah dipertimbangkan matang-matang apalagi kalau menyangkut segmentasi sasaran kan? wallahu a'lam.

      Delete
  5. Kak,link nya yang dubbing Arab ada?kok aku buka bahasa Inggris....
    Syukron

    ReplyDelete
  6. Link Bilal dubbing Arab: https://idxx1.cam/movie/bilal-a-new-breed-of-hero-2016-subtitle-indonesia-74q6/play

    ReplyDelete