Aku sudah memikirkannya … sejak lama.
Untuk tujuan apa aku terlahir di dunia ini?
Setiap aku menemukan sebuah jawaban, muncul pertanyaan lainnya.
Aku mencari permulaan.
Aku mencari akhir.
Aku terus berjalan dan berjalan, dan terus memikirkannya.
Mungkin ini takkan berubah, walau sejauh apa pun aku pergi.
Jika perjalananku terhenti, itu tidak apa-apa.
Sekalipun aku diberi tahu bahwa aku sudah mencapai akhir, aku akan menerimanya.
Akan tetapi, meskipun begitu, aku menemukan jawaban dari pertanyaanku yang lainnya pada hari ini.
(Parasyte)
75 anak tangga. Jika dipaketkan, maksudku, jika
dalam satu kali perjalanan naik turun, anak tangga itu menjadi dua kali lipat.
Seratus lima puluh anak tangga, tepatnya. Jika dikalikan dengan jumlah waktu
sholat, ditambah waktu makan malam, atau makan siang, jumlahnya berarti … 150,
300, 450, 600 … ahh, kira-kira berapa banyak ya, tangga yang harus kudaki
hingga syurga?
Siapa yang mengira, jika kini aku berada di lantai
teratas sebuah gedung di kota Solo yang ternyata sangat panas sekali di waktu
siang, dan membuatku begitu gigil kala malam. Siapa yang mengira jika beberapa
tahun yang lalu, tepatnya tahun 2011, aku mengantar kakakku ke tempat yang
kudiami sekarang. Siapa yang menyangka, jika aku tidak pernah bahkan untuk
membayangkan semua ini terjadi … apalagi memimpikan!
Siapa yang menduga, bahkan setelah tidak lagi
bergumul dalam hiruk-pikuk populasi Ibukota, aku akan bertemu lebih banyak lagi
orang. Aku memiliki lebih banyak lagi teman. Siapa yang menyangka, aku
berbicara dengan banyak sekali manusia dari berbagai sudut bumi Allah lainnya.
Teman-teman muslim Pattani Thailand, juga teman dari Jepang, Maroko,
Uzbekiztan, Korea ...
Bertemu dengan orang-orang yang ditakdirkan bertemu
…
Bergabung dengan lebih banyak lagi komunitas dan
para pejuang dakwah kampus. Memiliki lebih beragam lagi agenda yang menanti
untuk disapa. Menghadiri diklatsar, mengunjungi redaksi koran, magang
berminggu-minggu, ikut mensukseskan rangkaian acara bedah buku dan bookfair,
membisik dzikir dalam lingkaran …
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Betapa banyak nikmat yang kudapat, tetapi begitu
sedikit syukur yang kuucap.
Betapa karunia-Nya, betapa banyak hal yang bahkan
tidak pernah kuminta, tapi Allah menyediakan semua.
Di titik ini, pada perjalanan yang kuyakin masih
teramat sangat jauh, lagi-lagi aku merasa kerdil. Semakin kerdil. Semakin jauh
aku melangkah, ternyata semakin banyak hal yang tidak kuketahui. Semakin aku
bertemu banyak orang, semakin aku merasa bahwa sungguh, tak ada sesuatu pun
yang patut dibanggakan pada diri ini.
Di titik ini aku tertegun. Masih banyak lagi langkah
yang harus kubuat, masih banyak lagi kisah yang harus kuukir dengan tinta yang
tidak akan bisa pudar, masih berpuluh juta kebaikan yang belum bisa kulakukan, masih teramat sangat
banyak amalan yang harus kukerjakan.
Masih banyak lagi anak tangga di kaki langit, yang
harus kutempuh untuk menjumpai syurga …
Senja,
Surakarta, 9 September.
2 komentar
Kerennnn
ReplyDeleteKerennnn
ReplyDelete