Sepertinya aku bermimpi. Ah, tidak. Tidak.
Rasa-rasanya ini memang mimpi. Terlalu banyak sekali hal yang dapat menjelaskan
betapa semua yang aku kira nyata ini ternyata adalah mimpi. Bukan lagi sebuah duga,
dan ini memang benar-benar mimpi. Tapi, kenapa semuanya terasa sangat nyata? Dan hangat…?
Tuanku, di balik cekung mataku yang semakin dalam,
lagi-lagi aku seakan melihatmu. Dengan seulas senyum, tentu. Kau hadir diantar
hujan. Mula-mula bersama rintik yang mencipta selaksa desir-desir halus manis
di rongga dadaku. Lalu menderas, membuat hatiku ingin sekali menangis haru seperti
ketika sebuah perjumpaan tak diduga, tiba di tengah dahsyatnya amukan rindu.
Tuanku, dengarkan kataku baik-baik, ya? Nyata, itu
hujan. Sungguh. Aku tidak mengada-ada. Meski siang kemarin aku mengeluhkan
mentari yang begitu terik membakar ketika aku sedang mengantar teman baruku,
seseorang dari negeri Matahari Terbit untuk suatu keperluan.
Tuanku, aku berani bersumpah. Aku merasakan lagi
kesyahduan tetes-tetes air tumpah itu. Aku menghidu dan memenuhi paruku dengan
aroma basah tanah yang terkena hujan. Aku bahkan merasa gigil. Aku juga bisa
membawakan kalender meja pada Tuan dan memperlihatkan perjalanan bulan.
Bukankah ini juga memang saat-saat hujan seharusnya menyapa bumi? Yah, aku
tahu. Sedikit banyak, dunia memang sudah mulai membingungkan. Cuaca seringkali tidak tertebak. Bukan hal yang aneh
jika Tuan memang mempertanyakan kabar yang kubawa. Apalagi yang berhubungan
denganmu. Perjumpaan dengan Tuan.
Oh, tapi Tuan, sayang sekali. Jika yang akan Tuan
tanyakan adalah apakah ada pelangi yang bisa menguatkan ceritaku? Sungguh
sayang, aku tidak melihatnya. Mungkin saat ini pelangi sedang melakukan
tugas-tugasnya yang lain. Atau bisa saja ia sedang bermain-main dengan para
bidadari. Sudah lama sekali kita tidak saling bertegur sapa. Padahal, aku ingin
menemuinya. Dan menceritakan semua tentang Tuan pada pelangi. Ah, aku tidak
tahan membayangkan pelangi pasti akan menggodaku hingga pipiku bersemu jika
mulutku tidak kelu karena terlalu senang ketika akan menceritakan tentangmu.
Tuanku, kau percaya bukan? Aku ini tidak suka
membual. Dan aku berharap, Tuan tidak juga membuat bualan. Meski sepertinya,
semua kekatamu, sebual apa pun itu dan meskipun aku mengetahui itu hanya
bualan, akan kuterima dengan hati yang selapang dan seceria kebun bunga
matahari. Aku … ah, bagaimana mengatakannya? Aku … Tuan, aku … kenapa Tuan …
maksudku, kenapa senyum Tuan pada hujan kala itu … bisa membuatku merasa hangat
meski sedang gigil hebat? Juga kenapa setelah siluet, aku masih bisa jelas
menatapmu meski mataku mengembun? Aku tahu, Tuan lebih banyak mengetahui apa
yang tidak kuketahui. Tapi, maaf telah menanyakan ini. Apakah Tuan mempelajari
sihir?
Subuh tadi, saat mataku masih sangat ingin pejam,
terantuk-antuk kakiku berjalan menyusuri lorong. Berusaha menggapai berapat-rapat dalam shaf-shaf panjang. Ada yang perlu Tuan tahu. Lekat sekali dengan indera
pembauku, rasanya aku masih mencium tanah yang basah.
Seiring meningginya matahari, bersamaan dengan
langkah-langkah yang lebih banyak kubuat, empat puluh lima anak tangga, enam
puluh, tujuh puluh tiga …
Aku berhenti. Memaku menatap serak dedaunan jatuh yang
menguning. Desir angin masih kencang menyapa. Tapi, sepertinya ada sesuatu yang
salah di bingkai episode pagi ini.
Hei, coba jelaskan, di mana tanah basah itu?
Ya, sisa hujan semalam.
Astaga ... secepat itukah menghilang? Sementara
sepertinya, separuh dari jumlah volume air yang disimpan awan, telah
dihamburkan semalaman.
Di mana sisa hujan itu? Tanah yang basah, debu-debu
yang seharusnya masih melanjutkan tidur dan tidak mengganggu pernapasanku yang mulai memberat.
Tunggu, ada yang lebih penting dari mencari jejak
rintik hujan.
Tuan, di manakah Tuan?
Semalam, Tuan datang, bukan? Kita bertemu. Aku
mengingatnya.
Sungguh …
5 komentar
wowww ... keren tulisannya bkin ketagihan bacanya ,,hehehe
ReplyDeleteTerima kasih, Kakak. :')
ReplyDeletePokoknya keren deh, zulfaa....gimana ya bisa buat tuh tulisan keren gitu
ReplyDeletePokoknya keren deh, zulfaa....gimana ya bisa buat tuh tulisan keren gitu
ReplyDeleteWaaa ada Usth. Eka... maluuu >_<
ReplyDelete