Akhir-akhir ini entah kenapa suka banget
nostalgia. Mungkin ini juga karena kejadian-kejadian belakangan yang terjadi
hingga perasaan nostalgia itu muncul.
Pertama, tentang postinganku berjudul THANKS
yang juga menyinggung masa-masa SMA. Saat itu, saat akhirnya aku pindah ke
kelas unggulan, aku dan teman-teman membuat buku harian bergilir. Buku itu kami
isi dengan tulisan-tulisan random tentang apa pun, dan kami tukar setiap jam
istirahat yang singkat. Saat itu aku sendiri, dan di kelas lain ada Hid, Muna,
Minori, Caby, dan beberapa teman lainnya. Aaah, konyol sekali masa-masa itu.
Kedua, salah seorang teman SMA dulu, Minori,
berinisiatif mengumpulkan kembali teman-teman dengan membuat grup BBM. Yah,
bisa ketebak, akibat inisiatif cowok dengan gigi gingsul yang pengen banget ke
Jepang itu—taihen dakedo, isshoni ganbarimashou!—akhirnya kami kembali
berkumpul meski tidak bertatap muka secara langsung.
Permintaan undangan BBMku pun meningkat
secara drastis dan dramatis! Haha. Dari yang tadinya BBM yang kugunakan khusus
akhwat zone dan buat ODOJ-an aja, aku banyak mendapat undangan dari teman-teman
SMA dan… yep, aku mulai galau. Bagaimanalah ini… mereka teman-teman baikku.
Jadilah, aku menerima beberapa saja orang-orang yang mereka mengenalku dengan
baik.
Ucup mulai mengajakku bertukar kabar.
Terakhir aku bertemu dengannya adalah lebaran kemarin, saat kami pergi ke rumah
guru-guru, dan saat aku hampir tertabrak motor ketika membonceng seorang teman
yang menyetir dengan ugal-ugalan. Ceritanya, stang motor pengendara di
belakangku, yang dikendarai remaja cowok, menyenggol pinggangku dan membuatku
jatuh dari boncengan. Teman cewekku yang memang tidak melihat ke belakang
sebelum berbelok, juga kaget dengan kejadian itu.
Lalu, Ucup yang saat itu masih memegang helm
di parkiran, bergegas lari menghampiri kami dan meminta maaf pada mas-masnya
yang sudah terlihat tanda-tanda akan marah—itu memang salah temanku. “Waah! Tadi itu bahaya sekali!” Ucup sedikit
menggertak pada temanku, dan menyalahkan.
Sementara aku yang masih kaget dengan apa
yang terjadi hanya meringis saat ditanyai kondisiku. Aku tidak apa-apa, sih.
Saat itu aku hanya berpikir untuk cepat pulang karena kakakku yang dari Bekasi
ternyata tahun ini mudik tanpa orangtuanya. Dia bilang kali itu tidak menginap
di Kendal. Jadi, saat semua teman ditraktir mie ayam bakso oleh Kury—haha,
terima kasih Kawan yang baik hati!—sepanjang acara terakhir itu aku terus memikirkan kakakku yang bolak-balik menghubungiku. Gomen,
Mas.
Setelah itu, aku minta diturunkan di
perempatan jalan. Ngeri rasanya di jalan raya yang lebih luas, aku dibonceng
oleh temanku tadi. Meski teman lain menawarkan mengantar, aku menolak. Dan
memilih jalur yang lebih cepat menuju kakakku yang menunggu di rumah kakek dengan
menenteng helm yang berat. Ugh! Ternyata kaki dan pinggangku sakit sekali!
Karena kaget dan aku jatuh berdiri, ternyata kakiku bekerja dengan keras untuk
menopang tubuhku. Posisi yang mendadak itu membuat kakiku rasanya mau patah.
Hiks.
Balik ke Ucup. Dia bilang, saat ini dia
sedang sibuk praktikum. Ucup juga bercerita tentang teman seangkatannya yang
berasal dari Fakultas Kedokteran, tetapi tiba-tiba pindah ke FPt. Dunia kadang
memang terlihat menggelikan!
Senang rasanya melihat teman-teman sibuk
dengan kegiatannya masing-masing, tetapi masih saling mengingat. Ucup ini dulu
selalu duduk di bangku belakang atau sampingku ketika tes karena urutan
absennya berada persis di atasku. Sekolahku menempatkan posisi duduk saat tes
berdasarkan absen, dan menggabungkan dua angkatan. Jadi, kadang kita bisa duduk
sebangku dengan kakak kelas, atau duduk dengan adik kelas. Hal ini dilakukan
untuk mencegah kecurangan terjadi. Meski pada praktiknya, hal ini tidak berguna
dan malah mempermudah siswa mencontek.
Pada saat semester awal di tingkat akhir, aku
kebagian duduk dengan adik kelas cowok. Hufh, ternyata dia adalah anak yang
sangat populer seangkatan karena kenakalan dan kecerewetannya. Saat tes
berlangsung, aku senang karena dia tidak mengganggu. Meski di beberapa mata
pelajaran dia menanyakan padaku beberapa soal dan kujawab sebisaku.
Ternyata, hal yang tidak pernah kuduga
terjadi. Ia yang duduk bersebelahan persis dengan Ucup yang duduk dengan anak
perempuan, mulai berkonspirasi. Ucup memberikan jawaban adik kelas yang duduk
di sebelahnya, dan anak laki-laki yang duduk di sebelahku ini mencontekkan
jawabanku untuk Ucup. Tentu saja itu menyebalkan sekali! Aku sangat gemas hingga
aku menolak berbicara dengan keduanya. Adik kelas menyebalkan yang seharusnya
setelah tes selesai itu perdikat teman sebangku kami putus hubungan, ternyata
masih menyapaku setiap kali bertemu dengan senyum yang membuatku mual.
Wah, wah. Sekarang, saat mendengar Ucup sibuk
dengan praktikum, aku harap dia bisa menyelesaikannya dengan baik dan jujur.
Haha. Teman-teman yang mengambil sekolah vokasi, strata diploma III di
Keperawatan dan Kebidanan juga sedang sibuk-sibuknya, ya, di tahun ini? Semoga
kalian bisa menyelesaikannya dengan baik dan diberi kelancaran.
Aaah, aku jadi merindukan masa-masa SMA.
Ada bagian dari diriku yang berharap agar aku
tidak tumbuh dan bisa merasakan masa tiga tahun putih abu-abu itu dengan lebih
lama.
Ada bagian dari diriku yang tidak ingin
menjadi seperti sekarang.
Ada bagian dari diriku yang merasa bosan
dengan ‘menjadi dewasa’. Menatap hidup dengan pandangan kosong dan jiwa yang
berbeda. Tersenyum palsu, berpura-pura. Berhadapan pada banyak lagi manusia dan
masalah-masalah yang rumit.
Tidak ada lagi ‘kita’. Yang ada kini hanya
ada ‘aku’ dan ‘dunia’. Bagaimanapun, hidup terus berjalan. Dan di kehidupan,
hanya ada dua kedudukan. Menang atau kalah. Benar-benar sesuatu yang
membosankan!
Aku ingin kita kembali lagi seperti dulu.
Menjadi kita dan dunia. Menghadapi semua dengan tawa dan tetes air mata. Tidak
ada kebohongan oleh senyuman. Tapi, itu semua tidak mungkin, kan? Jika begitu,
tidak akan ada yang namanya nostalgia seperti saat ini, kan?
Sudahlah, sudah. Berhenti bernostalgia
sebelum ia berubah menjadi nostalGILA. Hemp.
Aku senang ketika akhirnya kalian
bisa mencapai mimpi-mimpi kalian. Tetap semangat! :’)
Sebelum
mengucapkan selamat tinggal,
Inilah
persembahan kami
Dengan
rasa terima kasih ini
Kuharap,
lagu ini sampai ke hatimu
Hari
ini kau dan aku,
Berapa
banyak mimpi yang telah kita lihat?
Beragam
adegan, bermacam kenangan…
Semua
itu bersinar bersama dirimu.
Kuyakin
senyummu, dan ikatan kita
Pasti
akan menjadi semangat untuk hari esok
Katakan
selamat tinggal pada mentarimu hari ini
Perpisahan
adalah janji untuk bertemu kembali
Di
saat hati kita telah menjadi satu
Pada
perjalanan panjang ini,
Cinta
telah lahir…
Katakan
selamat tinggal, dan kita akan bertemu lagi
Perpisahan
adalah saat dimana aku mengingat tentangmu
Hati
kita akan selalu menjadi satu. Kita terhubung satu sama lain
Sankyuu
for your love
Tetap
bermimpi adalah sesuatu yang harus selalu berlanjut.
Kemanapun
kau pergi.
Katakan
selamat tinggal dan kita akan bertemu lagi …
(Thank
You Bokutachi Kara Kimi E – HSJ)
0 komentar