Gaza, Dengan Apa Kau Memaafkanku?

By Zulfa Rahmatina - 2:58 PM




        Dari tanah yang bermil-mil jauhnya dari tanah sucimu, aku ingin sejenak menyapamu. Gaza, bagaimana pagimu? Pagi ini, saat kalian merapatkan barisan, saudara kami, sedang merayakan pesta demokrasi yang beberapa bulan ini membuat ikatan-ikatan yang bertahun terjalin, merenggang.
Gaza, bagaimana menu sahurmu? Saat kalian sibuk menyiapkan iman yang akan kalian persembahkan pada Tuhan, kapan pun waktunya itu, saat kalian meninggikan lafadz qur’an dan berlomba-lomba meraup pahala Ramadhan, kami, sibuk menonton Piala Dunia, bersorak-sorak di sepertiga malam-Nya seperti ringkik kuda. Sebagian kami, ada yang hari-hari Ramadhan-nya terus dipakai untuk mencela, atau terkadang memakan bangkai sesama.
            Gaza, bagaimana siangmu?
          Saat mata kalian tak bisa lelap barang sejenak, sebab kapal udara tanpa awak di utara langit sana, atau apache yang berputar-putar dengan suara bising dan kepul asap yang begitu menyesakkan dan roket-roket yang berjatuhan, di sini, kami bahkan baru terbangun sejak tidur lepas sahur tadi.  Qur’an-qur’an kami terganti dengan kuota yang telah banyak terisi. Jika tidak, waktu kami habis dalam level-level panjang yang menyihir mata-mata kami.
            Gaza, bagaimana iftharmu?
          Kala kau mencium bau anyir darah, kala lambung-lambung mungil itu terkoyak oleh tangan-tangan keji, kami penuhi perut yang seharian tidak terisi dengan berbagai saji hidangan yang memenuhi meja-meja makan. Hidung kami hanya sudi menghidu aroma masakan yang lezat, tanpa ingat, betapa roti kering dengan hanya sedikit susu kambing, sudah jarang kalian temui.
            Gaza, dengan apa kau memaafkanku?
       Saat para pemudamu, mengalun takbir dengan Kalashnikov-kalashnikov renta yang selalu setia menggamitmu dengan janji surga, dan adik-adik kecilmu mengumpulkan kerikil-kerikil panas dengan telapak mungilnya, tangan-tangan kami malah sibuk dengan android berbagai bentuk rupa.
            Gaza, dengan apa kau memaafkanku?
          Di saat malammu yang gigil, kaki-kaki kokoh itu berentet menjaga desa sucimu, untuk menghalau tank-tank dan bulldozer biadab yang akan menggempur dan melindas tubuhmu, tubuh kami terkapar di atas kasur empuk, sedang mata kami lelap diiringi mimpi indah. Tanpa peduli, jika malam-malammu penuh dengan desau molotov dan percik bom yang membuat malammu terang laksana siang.
             Gaza, dengan apa dosaku terhapuskan?
            Dengan barreta berlumur racun yang ditembuskan pada jantung-jantung para kera albino itu, dengan serapah cerca untuk para bekantan dengan lambang heksagram, atau dengan berton-ton kerikil untuk amunisi intifadha-mu?
            Tapi Gaza, meski rindu untuk bersujud di al Aqsha-mu ini menggunung, untuk kali ini, kami hanya bisa melangitkan doa. Agar tak ada lagi tangis dan jerit yang tercipta. Agar Allah memudahkan jalan syurga bagi para syuhada. Agar cahaya-Nya semakin melingkupi bumimu dan membuat kerlip kilaunya mengangkasa hingga semua makhluk sadar, betapa tanahmu, adalah benar-benar tanah yang dijanjikan…


            Kendal, Ramadhan 1435 H

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar