Segala
hal dalam hidup ini rasa-rasanya tidak ada yang tidak berbayar. Kita membayar
bahan-bahan makanan yang kita beli. Kita membayar jurnal-jurnal yang kita baca.
Kita membayar tayangan film yang kita tonton. Kita membayar jasa pelayanan.
Kita bahkan membayar uang kebersihan untuk kamar mandi yang kita tumpangi, atau
lahan kecil yang ditempati kendaraan pribadi. Setiap hal di dunia ini memiliki
nilai tukarnya.
Ada harga yang harus dibayar dalam beriman. Harga yang berbentuk kepercayaan pada zat yang tiada tandingan. Harga berupa ketaatan menjalankan segala perintah dan menjauhi apa-apa yang dilarang. Harga untuk tetap berada di jalan-Nya, hingga jiwa terpisah dari badan. Ada
harga yang harus dibayar dalam sebuah hubungan. Harga itu berupa kesetiaan
menjaga ikatan, kemampuan memahami ego, curahan kasih sayang, kemauan untuk
saling mengerti, termasuk kesediaan untuk barangkali—suatu saat—melukai dan
dilukai. Mengecewakan dan dikecewakan. Ada harga yang harus dibayar dalam
sebuah pernikahan. Mahar yang ditentukan, kesucian niat, ketulusan cinta,
kemampuan untuk saling menerima, kesepakatan visi misi, perpindahan bakti,
berikut konsekuensi-konsekuensi yang menyertai.
Ada
harga yang harus dibayar dalam penantian. Pengorbanan menjaga rasa, ketrampilan
menjaga sikap, juga kemampuan mengisi waktu-waktu yang terbentang. Ada harga
yang harus dibayar dalam bersaudara. Kesediaan menopang ketika lemah,
menguatkan ketika jatuh, termasuk mengingatkan kala arah langkah menjadi
berbelok begitu jauh. Ada harga yang harus dibayar dalam belajar. Pengeluaran
biaya pendidikan, keluhuran adab dengan para guru, kemampuan mengeja rasa
letih, ketekunan membaca, hingga ketelitian untuk mampu menangkap hikmah-hikmah
semesta.
Segala
sesuatu di dunia ini memiliki nilainya masing-masing. Ada harga yang harus kita
bayar untuk banyak hal, termasuk surga. Tetapi surga, rupanya, masih begitu
jauh untuk hanya bisa disentuh. Surga begitu mahal, dan sabar adalah nilai
tukarnya.
0 komentar