Mengendalikan Takdir

By Zulfa Rahmatina - 5:33 AM



Rukunnya iman itu ada enam perkara 
Pertama … mengimankan pada Allah Yang Kuasa 
Kedua malaikat 
Ketiga kitab-kitab 
Keempat para Rosul 
Kelima hari kiamat 
Keenam mengimankan takdir baik, dan buruk 
Itu semua dari Allah.

Tiba-tiba, senandung lagu yang dinyanyikan Laskar Pelangi bersama Ibu Muslimah di ruang kelas bersejarah itu terngiang-ngiang di benakku, terlantun di bibirku. Berulang. Adik-adikku yang mendengar mengikutiku bersenandung. Tapi, hatiku terus membenak lirik lagu terakhir. Mengimankan takdir baik dan buruk ...

Beberapa waktu yang lalu di dalam ruang obrolanku bersama seorang teman, kami membahas banyak hal. Terutama mengenai jodoh. Apakah jodoh itu takdir yang bisa diubah. Apakah jodoh itu yang pernikahannya kemudian hanya terpisah oleh maut. Atau apakah jodoh itu yang dipertemukan sementara, untuk kemudian dipisahkan. Tapi bukan itu poin yang ingin kubahas saat ini.

Akhir-akhir ini, banyak kabar kematian di sekitarku. Tepat 1 Syawal, selepas shalat ied, kabar kematian pertama kali datang dari mertua seorang tetangga. Itulah mengapa beliau tidak terlihat di rumah saat kami mengunjungi orang tuanya. Beberapa hari kemudian, teman-teman sibuk membincangkan kematian seorang ustadz yang dikabarkan akan menikah dalam waktu dekat, beberapa hari setelah tanggal kematiannya. Di grup-grup WhatsApp, di linimasa, fotonya disandingkan dengan foto undangan pernikahannya. Beberapa hari kemudian kabar kematian kembali mengudara. Kemarin malam, kabar itu datang dari seorang teman SD yang memberi tahu kami bahwa ibu dari kakak kelas kami di SDIT—yang juga kakak kelasku di boarding, meninggal dalam perjalanan mudiknya. Jenazah lalu menempuh perjalanan sejauh Jakarta – Kendal. Disemayamkan usai Isya. Semalam, kabar kematian kembali datang dari ayah teman seangkatan.

Menurut kalian, apa yang bisa dipelajari dari peristiwa ini? Takdir. Kita tidak bisa mengendalikannya. Tidak bisa mempercepat, tidak bisa menangguhkan dan membuatnya terlambat. Ia tetap datang. Suka atau tidak suka. Benci atau bahagia. Siap dan tidak siap. Kita sungguh tidak kuasa mengendalikannya. Kabar baiknya, kita bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Mengendalikan diri ketika semua yang datang tidak sesuai dengan yang kita duga. Kalau kita mengerti kematian adalah sedekat itu, semisterius itu, sepasti itu, mengapa kita tidak mempersiapkannya?

Kita tidak pernah tahu. Dalam hidup ini, siapa yang lebih dahulu menjemput. Cinta manusia, atau cinta Yang Kuasa. Kita tidak pernah tahu. Tetapi untuk perkara yang pertama, mengapa kita sungguh merisaukannya?

“Keenam mengimankan takdir baik, dan buruk ... itu semua dari Allah,” Lirik itu terdengar lagi. Adikku masih bersenandung lagu yang sama.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar