Rukunnya iman itu ada enam perkara
Pertama … mengimankan pada Allah Yang Kuasa
Kedua malaikat
Ketiga kitab-kitab
Keempat para Rosul
Kelima hari kiamat
Keenam mengimankan takdir baik, dan buruk
Itu semua dari Allah.
Tiba-tiba, senandung lagu yang dinyanyikan Laskar Pelangi bersama
Ibu Muslimah di ruang kelas bersejarah itu terngiang-ngiang di benakku,
terlantun di bibirku. Berulang. Adik-adikku yang mendengar mengikutiku
bersenandung. Tapi, hatiku terus membenak lirik lagu terakhir. Mengimankan takdir
baik dan buruk ...
Beberapa waktu yang lalu di dalam ruang obrolanku bersama seorang
teman, kami membahas banyak hal. Terutama mengenai jodoh. Apakah jodoh itu
takdir yang bisa diubah. Apakah jodoh itu yang pernikahannya kemudian hanya terpisah oleh
maut. Atau apakah jodoh itu yang dipertemukan sementara, untuk kemudian
dipisahkan. Tapi bukan itu poin yang ingin kubahas saat ini.
Akhir-akhir ini, banyak kabar kematian di sekitarku. Tepat 1
Syawal, selepas shalat ied, kabar kematian pertama kali datang dari mertua
seorang tetangga. Itulah mengapa beliau tidak terlihat di rumah saat kami
mengunjungi orang tuanya. Beberapa hari kemudian, teman-teman sibuk
membincangkan kematian seorang ustadz yang dikabarkan akan menikah dalam waktu
dekat, beberapa hari setelah tanggal kematiannya. Di grup-grup WhatsApp, di
linimasa, fotonya disandingkan dengan foto undangan pernikahannya. Beberapa
hari kemudian kabar kematian kembali mengudara. Kemarin malam, kabar itu datang
dari seorang teman SD yang memberi tahu kami bahwa ibu dari kakak kelas kami di
SDIT—yang juga kakak kelasku di boarding, meninggal dalam perjalanan
mudiknya. Jenazah lalu menempuh perjalanan sejauh Jakarta – Kendal. Disemayamkan
usai Isya. Semalam, kabar kematian kembali datang dari ayah teman seangkatan.
Menurut kalian, apa yang bisa dipelajari dari peristiwa ini? Takdir.
Kita tidak bisa mengendalikannya. Tidak bisa mempercepat, tidak bisa
menangguhkan dan membuatnya terlambat. Ia tetap datang. Suka atau tidak suka. Benci
atau bahagia. Siap dan tidak siap. Kita sungguh tidak kuasa mengendalikannya. Kabar baiknya, kita
bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Mengendalikan diri ketika semua yang datang tidak sesuai dengan yang kita duga. Kalau kita mengerti
kematian adalah sedekat itu, semisterius itu, sepasti itu, mengapa kita tidak
mempersiapkannya?
Kita tidak pernah tahu. Dalam hidup ini, siapa yang lebih dahulu menjemput. Cinta manusia, atau cinta Yang Kuasa. Kita tidak pernah tahu. Tetapi untuk perkara yang pertama, mengapa kita sungguh merisaukannya?
Kita tidak pernah tahu. Dalam hidup ini, siapa yang lebih dahulu menjemput. Cinta manusia, atau cinta Yang Kuasa. Kita tidak pernah tahu. Tetapi untuk perkara yang pertama, mengapa kita sungguh merisaukannya?
“Keenam mengimankan takdir baik, dan buruk ... itu semua dari Allah,” Lirik itu terdengar lagi. Adikku masih bersenandung lagu yang sama.
0 komentar