Kebetulan

By Zulfa Rahmatina - 7:50 AM

img1.goodfon.ru
Aku masih selalu takjub melihat bagaimana takdir bekerja. Takdir mempertemukan kita dengan orang-orang asing. Kita lalu mengenal, dekat, jatuh hati, hingga rindu dan benci. Kadang, takdir juga merenggangkan apa-apa yang telah lekat, erat.

Kata Fiersa di Garis Waktu, “Hidup adalah serangkaian kebetulan. ‘Kebetulan’ adalah takdir yang menyamar.” Ya, kebetulan saja aku mengenalmu. Kebetulan ada saja urusan yang lantas membuat kita jadi sering bertemu—atau paling tidak menyapa. Kebetulan teman-temanku ternyata juga teman-temanmu. Kebetulan kita ada di satu gerbong dengan tujuan pemberhentian yang sama. Kebetulan kita membaca buku yang sama, menyukai hal-hal yang serupa. Kebetulan kita hadir di symposium yang sama. Kebetulan di subuh yang biru, kita merapalkan kalimat cinta-Nya yang sama. Kebetulan saat hari hujan, atau saat matahari mulai luruh, kita sedang memikirkan hal serupa. Kebetulan kita saling tatap pendar bola mata dengan gerisik debar yang sama.

Kadang aku pikir, terlalu banyak kebetulan-kebetulan yang tidak kita sadari. Hingga hampir-hampir naïf rasanya. Karena sesekali, ah tidak, karena seringkali, kebetulan adalah hal yang kemudian kita rangkai secara sengaja.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar