Judul
Film : The Miracle Worker
Tahun
Rilis : 2000
Sutradara : Nadia Tass
Skenario : William Gibson dan Monte Merrick
Pemain : Hallie Kate Eisenberg,
Alison Elliot, David Strathairn
Produksi : Walt Disney
“Nona
Sullivan, mungkin Anda akan disulitkan dengan kondisi Helen, dia tidak bisa
melihat ataupun mendengar,”
Adams
Helen Keller, gadis kecil yang merupakan anak dari pasangan Kapten Arthur
Henley Keller dan Kate Adam Keller, tinggal di sebuah pedesaan kecil di
Northwest Alabama, Amerika Serikat. Sepanjang hidupnya, tak sekali pun ia membayangkan
bahwa suatu hari akan kehilangan penglihatan dan pendengarannya. Helen, begitu
biasa disapa, sangat dimanjakan oleh keluarganya dan dibiarkan begitu saja
melakukan apa pun yang diinginkannya meski Helen melakukan kesalahan.
Hari-hari
selanjutnya terasa berat saat menjadi penyandang tuna rungu, tuna netra
sekaligus tuna wicara, sepertinya berpengaruh terhadap karakter Helen yang
berperilaku kurang baik hingga sang ayah pernah terbesit mengirimnya ke rumah
sakit jiwa. Hidup dalam kesunyian dan kegelapan membuat Helen kurang mengerti
aturan-aturan serta penuh amarah. Seringkali, ia memberontak saat keinginannya
tidak terpenuhi, memecahkan piring dan perabot lainnya, dan makan dengan cara
berputar mengelilingi meja serta mengambil makanan di piring anggota keluarga
yang lain dengan tangan kosong. Helen merasa menjadi orang paling frustrasi
karena tidak dapat memahami keadaan, tidak mengerti keinginannya sendiri, dan tidak pula mampu berkomunikasi.
Semua
berubah ketika datang seorang wanita dari Baltimore, Ny. Annie Sullvian. Anne,
pengasuh yang dipilih oleh Dr. Chisolm untuk mendidik Helen, benar-benar
melakukan tugasnya. Latar belakang Anne Sullvian yang rupanya hampir serupa
dengan apa yang dialami Hellen, bahkan ia dibesarkan di rumah sakit jiwa,
menguatkan tekadnya untuk memberi pengajaran yang baik pada Helen. Hanya saja,
tekadnya tidak sejalan dengan Helen yang merasa terganggu dengan kedatangannya,
serta orangtua Helen yang kurang setuju dan tertekan dengan cara mengajarnya
hingga hampir dia dipecat.
Anne
Sullvian mulai mengenalkan Helen dengan kata-kata. Ia memberi boneka pada
Helen, membiarkan Helen merabai benda yang diberikan padanya lalu mengeja kata
‘d-o-l-l’ pada telapak tangannya. Begitu
seterusnya. Memberi benda, mengejakan nama-nama. Mencicipi rasa, dan
mengenalkan nama-nama melalui ejaan di telapak tangannya. Waktu terbatas yang
diberikan keluarga Helen padanya tidak membuat Anne patah arang. Ia semakin
giat melatih Helen dan mengatakan kepada Kate Keller bahwa, “Bahasa, lebih
penting untuk pikirannya daripada cahaya untuk matanya,”. Meski pada awalnya
semua orang pesimis dengan apa yang dilakukannya, semua berubah saat Helen
mulai mengeja kata ‘Water’, serta
mengenali zatnya.
Kisah
Helen Keller—yang kemudian difilmkan—ini sangat berguna sebagai salah satu
referensi dalam menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Bagaimana seharusnya
sikap kita terhadapnya, bagaimana pengajaran yang tepat, atau apa yang harus
lebih banyak lagi kita lakukan untuk mereka. Untuk masa depan dan asa-asa
mereka. Pada akhirnya, Miracle Worker
juga seolah mengetuk nurani kita bahwa walau sepekat apa pun hambatan, serumit
apa pun rintang, selalu ada harapan. Selalu ada jalan untuk berkembang.
0 komentar