Merahasiakan Rahasia

By Zulfa Rahmatina - 4:55 PM

Sering aku bertanya, kepada siapakah perasaan ini akan benar-benar berlabuh. Atau, benarkah ia akan berlabuh? Bukan karam, atau terhempas jatuh. Sering aku sekuat hati menjaga, agar perasaan ini tidak mudah untuk tumbuh. Khawatir jika belum benar tiba waktunya, dan menumbuhkan benih lain yang malah membuahkan luka.

Sering aku menerka, apakah sesuatu yang disebut cinta itu, adalah sesuatu yang benar-benar penting dan mampukah aku bertahan tanpanya? Apakah purnama di malam belasan, hujan yang mengalir deras dan menumbuhkan puisi-puisi di bulan November, keinginan untuk berlama-lama menikmati sepasang bola mata yang begitu puitis, harapan untuk terbekukan oleh waktu lebih lama dan hanyut dalam diam yang sama, menikmati sebuah suara rendah dan senyum yang semu itu adalah … sebuah cinta? Atau malam-malam yang dihabiskan untuk menyebut satu nama di antara tumpuk doa dan asa yang lain, harapan untuk disegerakan dalam himpunan suatu kebaikan, juga dzikir yang masih begitu lemah yang diulang beriring arak awan senja adalah … cinta? Seperti itukah yang disebut cinta? Begitukah?

Jika benar itu cinta, lalu apa yang harus kulakukan dengannya? Perasaan-perasaan itu tak ubahnya seperti benang, begitu tipis ...
Seringkali dengan adegan-adegan yang kureka, kesempatan-kesempatan yang kususun demi memuaskan seluruh pengharapan yang terlampau jauh, membuat pilinan benang itu menjadi terlalu kokoh, hingga patah. Lalu jika seperti itu, bagaimana bisa aku memahami, seperti apakah sebenar-benar cinta itu?

Matahari pagi selalu menawarkan cinta yang hangat, rembulan dengan benderang yang teduh, bintang dan kerlipnya yang tulus. Jatuh cinta dengan pagi hari, kembali jatuh cinta ke dua kalinya pada senja. Bagaimana bisa aku mengerti semua ini? Sebagian terlalu menyudutkan fitrah itu dengan jelasnya. Terlalu berlebihan. Belum masanya. Bersabarlah. Maka bagaimana aku mengerti kapan fitrah itu menjadi tidak berlebihan, menjadi saat masanya, dan bilakah aku berhenti bersabar?


Tetapi, lupakan. Lupakanlah semua pertanyaan-pertanyaan yang seringkali tidak membutuhkan jawaban, dan lebih memilih mengambang bersama anai di awang. Lupakanlah. Sebab menjadi perempuan membuatku mengenal bagaimana tulusnya suatu perputaran. Kadang, mengetahui rahasia tidak selalunya menyelesaikan masalah, bukan? Maka tetaplah merahasiakan rahasia itu. Lalu bersiaplah untuk dikejutkan oleh rahasia-rahasia yang kita rahasiakan. 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar