Memangkas Kenangan

By Zulfa Rahmatina - 8:56 AM

Segala kerusuhan ini rupanya berawal dari sebuah kulum senyum di suatu senja pada sebalik daun pintu itu. Kamu menyapa. Kamu berbicara. Kamu melepas tawa. Kamu melempar canda.

Aku malu-malu ingin merangkum wajahmu dalam pupil kecilku. Aku menunggu cerita-cerita tentang dirimu yang kau umbar dengan lugu. Aku menikmati berjarak denganmu, lalu merasakan perasaan yang sering disebut rindu. Pelik sekali urusan ini!

Kenapa seperti ini? Perasaan ingin bertemu. Ingin bersama dalam satu ruang waktu meski bibir menjadi kelu dan beku. Ingin berjalan bersisian hanya dalam suatu kelam yang diam. Ingin rintih hujan lebih lama deru agar terbekukan oleh kebersamaan yang syahdu.
Ingin, membiarkan perasaan-perasaaan yang tidak terjelaskan ini semakin kuat mengakar. Pelik sekali urusan ini!

Aku menahan mataku untuk menatap matamu, tetapi ingatanku dengan bebalnya mengabadikan seluruh senyummu. Dan masing-masing kita sungguh sebenarnya teramat tahu, bukankah ini sesuatu musibah yang nyata? Meski fitrah, meski mubah ... Ada sekeping hati yang menjadi bernoda. Penuh bercak. Penuh kerak. Ada kepingan hati lain yang terluka. Menganga. Pedih. Perih.

Maka bagaimana jika kita mulai memangkas kenangan saja? Seperti keputusanku suatu lalu. Menghentikan temu, melupakan segala semu, mengenyahkan perasaan-perasaan yang mengganggu. Karena sungguh, cinta tak seharusnya seperti itu.

Cinta sudah selayaknya membuat kita mengerti bagaimana mengenal dengan baik, memahami dengan baik, memutuskan sikap dan langkah-langkah yang baik ...
Sebab itulah, bagaimana jika kita mengusahakan semua itu? Dengan memangkas semua kenangan yang lalu. Menutupnya rapat dalam botol kaca, membuangnya jauh hingga luput dalam pandangan mata.

Siapa yang bilang semua ini mudah? Tentang keputusan untuk mengakhiri semua fitrah itu dan mengembalikannya pada suatu bening yang suci memang tidak mudah. Tidak akan pernah mudah ...

Tapi semoga, selain semua kenangan yang kita pangkas dan luluhkan, kamu tidak akan terlupa jika ... sebuah kebaikan tidak akan pernah mengingkari janji. Ikhlas melepaskan, kembali bersabar dalam penantian, meneruskan perjuangan untuk terus dapat memantaskan. Kita, selalu akan dipertemukan jika memang demikianlah yang digariskan. Kita, tetap akan dipisahkan jika memang begitulah yang ditakdirkan.

Maka setelah kita pangkas semua kenangan itu, selamat mengusahakan kebaikan-kebaikan! Selamat berpasrah dengan sebaik-baik penyerahan. Selamat dikejutkan oleh sebaik-baik keputusan. Selamat memangkas kenangan!

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar