Saat Nanti Kau dan Aku

By Zulfa Rahmatina - 10:48 AM

 

Saat nanti jarak menjadi begitu pendek dan perasaan kita menyatu, aku ingin masing-masing kita memahami, mengapa dan untuk apa kita bertemu. Meluruhkan jarak panjang, mengubah kata menjadi kita dan bukan lagi kau maupun aku. 


Saat nanti kita dihimpun dalam suatu kebaikan yang ditunggu, aku ingin membingkai episode itu dalam ingatan-ingatan yang terus mengendap tanpa bisa tertindih sesuatu, bahkan terhapus oleh tumpukan tebal bebutir debu. 

Saat nanti ketika akhirnya namamu menjadi daftar pada baris ke sekian dalam doa-doa panjangku, aku ingin kau juga mengingatku sebagai pelengkap ruang kosong jemarimu, sebagai bagian dari peneguh langkahmu, sebagai sahabat perjalanan yang terus membersamai hingga pada kehidupan di saat nantimu yang lain. 


Saat nanti ketika hanya kau orang pertama dan satu-satunya yang membaca semua goresanku, aku hanya ingin terus menuliskan namamu, gurat-gurat wajahmu, pendar senyummu, debar-debar rasamu, detak kehidupanmu.

Tapi saat nanti itu, adalah misteri bukan? Adalah suatu penantian panjang. Adalah semua alasan-alasan yang harus kau dan aku selesaikan. Adalah jeda-jeda yang harus dituntaskan. 

Membayangkan suatu paras dan membiarkan perasaan ini tumbuh berkecambah, tidak lantas menjadikan kita saling mencapai saat nanti itu, bukan?

Saat nanti itu tiba, saat nanti kau dan aku hanya bisa tertunduk dalam sipu. Saat nanti kau dan aku mulai saling mengenal laku. Saat nanti kau dan aku menyelaraskan kayuh dayung menjadi kesatuan irama yang padu. Saat nanti kau dan aku menjadi kelu karena terlalu malu. Saat nanti kau dan aku ditertawakan oleh waktu ...

Aku ingin, saat nanti itu tiba, tanpa melewatkan setiap keping yang lalu, kau dan aku selalu merekam bulir-bulir hikmah lalu menyimpannya pada susunan dalam kalbu. Agar andai kita terlupa oleh sesuatu, kita selalu dapat mengenang saat nanti kau dan aku mengusahakan jannah sebagai tuju yang satu. 


Surakarta, (05/03).

  • Share:

You Might Also Like

5 komentar

  1. Pemilihan katanya indah bangeettt :')

    Sendu yang menemani sepi untuk membaca setitik barisan aksara...

    ReplyDelete
  2. Pemilihan katanya indah bangeettt :')

    Sendu yang menemani sepi untuk membaca setitik barisan aksara...

    ReplyDelete
  3. Hai, terima kasih sudah baca ya, Fikri. Ke mana saja? Lama tidak melihat komentar kamu di blog sederhana ini. :)

    ReplyDelete
  4. Tulisannya bagus, paling suka perihal diksi-diksi, bagusss :)))

    ReplyDelete
  5. Terima kasih sudah membaca tulisan sederhana ini ya, Fandhy. :)

    ReplyDelete