Jodoh. Jika waktu datangnya serupa hujan; seringkali
ditunggu, atau bahkan muncul dengan tiba-tiba tanpa undang sapa. Maka jodoh itu
sendiri biarlah disejajarkan bagai petrichor; ia membawa syahdu syukur yang
sama. Ia menyeruakkan haru di rongga. Ia … selalu tak pernah salah tempat, dan
tiba pada waktu yang tepat.
Barangkali hingga detik ini, kita masih
bertanya-tanya. Siapa, kapan dan di manakah kita akan dipertemukan? Kita lalu
tak henti menduga, berandai, berjika-jika …
Jika kita tahu kapan masa itu akan tiba. Jika saja
sebelumnya kita sudah saling mengetahui, mengenal satu dengan yang lainnya.
jika ternyata, masing-masing kita adalah nama yang tersebut dalam doa. Jika
saat itu kita mengerti, tentang arti sapa-bincang ringan yang lalu lenyap oleh
bergulirnya hari adalah pertanda. Jika kita paham, bahkan pun kesempatan kita
untuk hanya saling mengetahui nama adalah juga rangkaian skenario dari Allah.
Jika ternyata, perjumpaan dan tatap mata yang tak sengaja itu adalah penegasan akan
takdir berikutnya. Bukankah semuanya akan terasa menyenangkan?
Kita tak harus berlelah-lelah bertanya. Kita tak
harus berperih-perih menanti datangnya perjumpaan yang bahkan tidak kita
ketahui kapan waktunya. Kita tak perlu tersiksa dalam rindu dan keterjarakan
yang tidak kita ketahui seberapa panjang dan jauhnya. Tapi cinta bukanlah
ketergesaan. Dan bongkah hati ini terkadang terlalu tergesa. Sibuk
merangkai-rangkai jalan cerita. Sibuk menyusun keping-keping kejadian. Sibuk
berharap; kembang mekar ketika rasa semu menyapa, layu jika hempas di ujung
masa. Kita lalu lupa, ada sekeping hati lain yang sedang berpayah-payah
menjaga.
Menginsyafinya, bagaimana jika bersama-sama kita
tingkatkan lagi kesabaran? Bagaimana jika kita usahakan lagi proses penantian
ini, sebagai waktu untuk memantaskan diri, menghiasi akhlak, melejitkan
potensi-potensi. Memperjuangkan dakwah ini. Menjaga kebeningan sebongkah hati
yang rapuh.
Sebab ternyata, kadangkala banyak sekali hal yang
tak sesuai sangka. Kita tidak tahu, dan Allah Maha Mengetahui. Pada jarak yang
dirasa teramat jauh, Allah telah merencanakan skenario yang sedemikian rupa
agar kita tahu, betapa penantian panjang yang melelahkan ini, akan sangat
sia-sia jika diisi dengan tanya dan angan-angan kosong.
Jika saat yang panjang ini, ternyata kita
diperintahkan untuk lebih mencintai-Nya, mencintai sunnah Rasul-Nya,
menjalankan syariat-Nya, mentadabburi kuasa-Nya, melangitkan berjuta-juta doa
agar Allah menghimpun kita dalam kebaikan kelak. Juga agar kita bisa merasakan
kebahagiaan yang luar biasa saat akhirnya kita dapat menatap pelangi pada
langit yang sama, dengan perasaan yang sama. Hingga ketika kita bisa berlabuh
di telaga kautsar bersama-sama …
Jika demikian, biarlah penantian ini berjalan sesuai
dengan sebaik-baik rencana Allah. Kita hanya harus menguatkan tekad dan
menyiapkan bekal yang banyak. Agar suatu hari nanti, kita dapat menuai dari
segala keniscayaan janji-Nya yang indah. Agar jika waktu terbaik itu tiba, kita
akan tetap bisa menyelaraskan kayuh dayung dan bersama-sama mengantarkan bahtera
kita menuju Jannah-Nya.
Tak mengapa. Tetap bersabar dalam jarak ini, ya?
Tetap mengusahakan sekeping hati yang bening dan suci. Sebab barangkali kita
lupa, jika mungkin saja Allah Yang Kuasa, telah mempertemukan doa-doa yang kita
langitkan pada titik rasi bintang yang sama.
Mari langitkan lebih banyak lagi doa. Semoga Allah
berkenan menghimpun kita dalam satu kebaikan. Kebaikan penyempurnaan separuh
iman.
Tulisan ini juga bisa dibaca di website Islampos pada link berikut: Sekeping Hati ini Untukmu
3 komentar
I love petrichor
ReplyDeleteVisit my blog www.yuliadian.com
Keren tulisannya! Emang kita juga harus bs sabar dalam menunggu jodoh.. Allah kan sudah menyiapkan :)
ReplyDeleteTerima kasih sudah membaca. :)
ReplyDelete