BAM!

By Zulfa Rahmatina - 10:27 PM


Tersaruk-saruk, aku berjalan menuju jendela. Kusingkap sedikit tirai. Tidak salah lagi, ia gadis yang terlihat seperti rusa bertanduk di mataku saat mengenakan pakaian adat Minangkabau di hari pernikahan.
Namanya Nur, dengan ejaan lama. Hanya karena anagram dari namaku, dan hitung-hitungan primbon konyol ibunya yang adalah teman Amak, secara mengejutkan aku sudah berstatus menjadi suaminya.
“Jangan panggil aku Mas! Panggil namaku, Reno,” kataku galak. “Bukankah yang terpenting, kau tidak memanggilku dengan nama orang lain?” aku menyudahi perbincangan dengan gadis Jawa itu.
Noer memaksakan diri memasakkanku balado ikan pedas, makanan favoritku. Tapi rasanya malah seperti gudeg manis Yogyakarta. Padahal dia gadis yang pintar. Terbukti meski aku tidak menunjukkan toko bahan pangan, ia bisa kembali dengan sekantung plastik penuh belanjaan. Harapanku agar ia tersesat di Padang rupanya tidak berpihak padaku.
Siapalah yang terima dengan perjodohan? Meski Noer gadis manis—mengatakannya membuat perutku seperti dipenuhi es batu—kurasa ia juga tidak setuju dengan ide ini karena belum pernah sekali pun membuka jilbab lebarnya di depanku.
Noer hampir mencapai pintu.
Astaga, apa yang harus kulakukan? Berpura-pura membaca buku demi menghindari perbincangan dengannya lagi? Oh, aku sungguh benci buku!
BAM!
“Aw!” aku mengaduh, sebuah buku tipis mendarat di kepalaku.

“Kapan skripsi lo selesai kalo molor mulu?!”

--------------------

200 kata!
Yokatta ne, hutang lunas, KIM! :D

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar