Resah
By Zulfa Rahmatina - 11:06 AM
Di luar sana, adik-adik kecil kita,
amat belia umurnya, asyik dengan tangan memegang erat mushaf. Lisannya tak
henti merapal ayat-ayat cinta. Mengulangnya agar tak terluput satu pun kata
dari ingatan.
Di suatu dataran, adik-adik kita, sibuk dengan berlembar-lembar kertas dan sebatang pena. Matanya awas pada reaksi-reaksi baru yang ditemuinya. Kertasnya dipenuhi angka-angka yang bisa menjaga bumi yang telah merenta.
Di sebuah hutan yang tandus, masing-masing tangan-tangan mungil memegang bibit kecil. Tanah gembur menyambut mereka dengan pupuk-pupuk doa.
Di bagian bumi Allah yang lain, mata-mata kecil yang memerah, dengan tubuh gigil akibat udara malam yang dingin dan bibir biru yang terus membisik dzikir, menatap tajam pada sekeliling. Berjaga jika saja tiba-tiba datang musuh dengan banyak kembang api yang siap diletuskan.
Namun di negeriku yang indah, adik-adik kecil kami, sedang larut dalam euforia demokrasi. Taklid pada idola sudah menjadi rahasia yang basi. Menu hariannya berubah jadi bangkai berlendir menjijikkan. Waktunya diisi dengan menertawakan aib orang. Mimpi-mimpinya terabaikan. Imannya pun tak lagi rindu dan peduli pada bulan yang teramat dinantikan. Ah, sungguh menyedihkan. Begitu sia-sia dan memilukan.
0 komentar