Judul : Galuh Hati
Penulis : Randu
Penerbit : Moka Media
ISBN : 979-795-816-7
Reviewer : @Zulfaiiry
***
Saat membaca novel ini, saya teringat dengan kata-kata Kak Randu yang mengaku tidak menemui kesulitan apapun dalam penyelesaiannya. Hal itu, katanya, lebih karena dilandasi dengan penguasaan riset yang sangat dalam--Tentu karena dia memang telah sangat mengenal Cempaka.
Meski telah mengetahui isi seluruh novel ini dari Kak Sasa--penyunting novel ini--aku tetap tergoda untuk mengorek kisah tentang Galuh Hati, juga orang-orang dengan persahabatan indah dan mimpi besar di dalamnya.
Penulis : Randu
Penerbit : Moka Media
ISBN : 979-795-816-7
Reviewer : @Zulfaiiry
Aku memiliki rahasia.
Kau memiliki rahasia. Bahkan langit pun memiliki rahasia.
Kau tahu Senja
Kuning di langit Cempaka sore itu? Dia menyimpan rahasia tentangku,
tentang sebuah Galuh Hati.
Aku adalah satu-satunya riwayat tua yang
diperbincangkan di rumah para pendulang intan di Cempaka. Kekuatan dan
keindahanku selalu menjadi teka-teki yang diturunkan hingga ke anak-cucu
mereka. Namun, tahukah kau bahwa di balik gemerlap cahaya yang aku
pancarkan ada rahasia tentang persahabatan, cinta, dan sebuah
pengkhianatan?
Abul tak pernah peduli pada cerca orang-orang tentangnya, hanya
karena ia berbeda dengan laki-laki lain di Cempaka; Tidak bisa mendulang
intan. Ia memilih tetap melanjutkan pendidikan, menuruti kata-kata
ayahnya--yang tidak bisa mendulang karena suatu insiden--yang terkadang
membuat Abul terluka saat menatapnya.
Takdir akhirnya mengantarkannya dalam kubangan cemoohan yang semakin meraja. Ibunya, menyuruh Abul menjaga warung di tempat pendulangan. Hal itu semakin mempermudah masyarakat Cempaka, yang seperti tidak pernah kehabisan stok kata-kata ejekan untuk lelaki yang tidak bisa mendulang, menjadikan statusnya sebagai pesakitan bertambah-tambah.
Takdir akhirnya mengantarkannya dalam kubangan cemoohan yang semakin meraja. Ibunya, menyuruh Abul menjaga warung di tempat pendulangan. Hal itu semakin mempermudah masyarakat Cempaka, yang seperti tidak pernah kehabisan stok kata-kata ejekan untuk lelaki yang tidak bisa mendulang, menjadikan statusnya sebagai pesakitan bertambah-tambah.
Hingga di suatu malam yang pekat, seseorang yang di siang harinya mendatangkan sedikit keributan, mendatangi Abul. Dengan
tatap mata misterius, dengan hembus napas yang menderu, dengan
linggangan, dan juga sebuah cerita tentang persahabatan, cinta, dan
pengkhianatan...
Kai
Amak adalah sesepuh terkaya di Cempaka. Ia satu-satunya orang yang tahu
tentang Galuh Hati. Rahasia terbesar di Cempaka. Rahasia yang menyimpan
beragam rasa. Rahasia yang mencipta sebuah cerita.
Bersama Gil, Abul memulai menyelidiki sesuatu yang tidak pernah berhenti diperbincangkan di Cempaka, Kalimantan Selatan.
"Namanya Galuh Hati," ucap Paman.
Kata Paman, setiap orang hanya pernah mendengarnya, namun tidak pernah melihatnya.
"Tetapi, aku percaya ada orang di dunia ini yang pernah menyentuhnya. Galuh hati ditemukan oleh seorang pendulang yang arwahnya menggantung dan melayang-layang di atas tanah pendulangan. Dialah Antas."
Bersama Gil, Abul memulai menyelidiki sesuatu yang tidak pernah berhenti diperbincangkan di Cempaka, Kalimantan Selatan.
"Namanya Galuh Hati," ucap Paman.
Kata Paman, setiap orang hanya pernah mendengarnya, namun tidak pernah melihatnya.
"Tetapi, aku percaya ada orang di dunia ini yang pernah menyentuhnya. Galuh hati ditemukan oleh seorang pendulang yang arwahnya menggantung dan melayang-layang di atas tanah pendulangan. Dialah Antas."
Abul
sampai pada fakta tentang kisah cinta segitiga antara Antas, Amak dan
Sarah. Dia dengan seorang teman penyandang tunagrahita, Gil. Juga
sahabat yang tidak seberuntung dirinya dalam hal pendidikan, dengan
Paris Berantai-nya, Anang, bersama-sama meniti hari yang panjang di eksotisnya Cempaka.
***
Saat membaca novel ini, saya teringat dengan kata-kata Kak Randu yang mengaku tidak menemui kesulitan apapun dalam penyelesaiannya. Hal itu, katanya, lebih karena dilandasi dengan penguasaan riset yang sangat dalam--Tentu karena dia memang telah sangat mengenal Cempaka.
Meski telah mengetahui isi seluruh novel ini dari Kak Sasa--penyunting novel ini--aku tetap tergoda untuk mengorek kisah tentang Galuh Hati, juga orang-orang dengan persahabatan indah dan mimpi besar di dalamnya.
Meruntut kisah Cempaka yang diabadikan Kak Randu
dalam kemasan kisah cinta segitiga, Kak Randu benar-benar membuat saya
menahan napas saat menyelesaikan satu kalimat hingga titik menyapa. Tak
ingin ada jeda. Tak berlebihan sepertinya
jika ungkapan seperti itu saya tuliskan.
Meski typo-typo kecil
terkadang masih sering mengganggu dalam novel ini. Nyatanya, setiap kata
yang dipilih Kak Randu, tentang Galuh Hati, tentang Senja Kuning dan
kilaunya intan, membuat saya benar-benar ingin terbang ke Cempaka. Menikmati kepulan asap teh panas di bawah senja yang menguning dengan
sepiring wadai dan... mandai, mungkin?
Ah,
Pertiwi memang sengaja menyimpan banyak kilau air mata duka dan bahagia di setiap
belahannya. Umhhh... bagaimana saya mengatakannya? Bagaimana saya
mengakhiri review ini?
"Tapi, berapa usiamu, Abul? Ketika aku seusiamu,
percayalah... hal itu tak mudah untuk dijelaskan."
0 komentar