Kembali ke Zaman Batu
Zaman batu.
Sobat Fillah, apa yang terlintas di benak kalian tentang zaman batu? Zaman saat
semuanya serba susah, mau makan susah, mau tidur aja repot banget. Gimana nggak repot, hidup mereka aja
nomaden gitu. Bener nggak ya, hipotesaku? Hihihi... setidaknya jika sekarang
kalian berada di posisi tersebut, pasti nggak mau, kan?
Masih ada lagi yang bikin zaman batu semakin nggak
asyik. Apaan tuh? Hayo, coba tebak. Hmm, belum ada yang bisa jawab juga nih?
Oke deh langsung aja aku kasih bocoran. Yang bikin zaman batu nggak asyik
adalah kotekanya. Lho, korelasinya apa nih? Tentu saja sangat banyak. Kita
pasti nggak asing lagi kan jika berbicara zaman batu, pasti bicara juga tentang
koteka. Karena zaman batu memang identik dengan yang begituan.
Nggak asyiknya di mana nih... coba deh bayangin,
gimana rasanya kedinginan, digigit nyamuk, disengat lebah, masuk angin bahkan
level tertinggi dan paling apes, mau nggak kamu ngebayangin diri kamu sedang
dijadikan santapan binatang buas yang lagi laper-lapernya.
Kok bisa segitu parahnya? Ya iyalaaah, koteka kan
emang serba minim alias kurang bahan gitu. Kalau aku bilang hidup kalian
sekarang kembali ke zaman batu, percaya nggak? Harusnya sih percaya, karena itulah yang kini terjadi.
Kamu boleh kok mengelak, ’Hidup ane kan jelas,
nggak nomaden.’, ’Makanan ane bahkan terjamin sampe tujuh turunan.’, ’Kamar ane
juga anget banget dah, jadi gak pernah tuh ngerasain kedinginan.’
Eiiits, tunggu dulu, Sob. Walaupun zaman sekarang
emang semuanya serba susah, harga sembako melejit sampai emak-emak pada
menjerit, aku memang tidak bisa mengklaim hidup kita sekarang kembali ke jaman
batu. Tapi kalian nggak bisa lagi beralasan kalau aku bilang, trend berpakaian
gadis jaman ini tidak ada bedanya dengan koteka zaman batu. Iya kan?
”Sista,
ganti dong pakaian kedodoranmu itu dengan yang pas badan. Jangan nutup banget
gitu lho, biar cowok-cowok itu tahu kalau kamu cantik.”
”hello...
ini bukan Arab kaleee! Ini Indonesia! Udah tau di sini tropis, masa iya pakai
pakaian kok kainnya tebel, lebar sama gelap-gelap gitu, nggak usah terlalu fanatik deh.”
”Allah
kan nggak nyusahin hambanya, jadi jangan mempersulit dirimu deh.”
Astaghfirullah, kamu pernah berada dalam situasi
dan posisi di atas? Pernah 'diingatkan' dengan kalimat-kalimat di atas? Atau
jangan-jangan... salah satu dari kalian adalah yang melontarkan kalimat-kalimat
itu? Jangan sampai kamu menjawab iya. Tapi jika memang benar begitu, segeralah
beristighfar sebanyak-banyaknya.
Hal ini memang bukan sulap, bukan sihir apalagi
sim salabim. 1400 tahun yang lalu, Rasulullah saw bahkan sudah tahu kalau kita ini akan kembali ke zaman doeloe
alias zaman batu.
”Akan
ada di akhir umatku (nanti), wanita-wanita yang berpakaian namun (hakikatnya)
telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Laknatlah mereka karena
(memang) sebenarnya mereka itu wanita yang terlaknat.” (HR. Ath Thabrani dengan
sanad shahih)
Jilbab gaul, jilbab modis atau sejenisnya, saat
ini seolah saling berlomba-lomba membenarkan sabda Rasul tersebut. Kalian
pernah nggak, lihat perempuan berjilbab, tapi ada yang menonjol di bagian
belakang kepala perempuan tersebut. Pasti sering kan? Nah, itulah yang dimaksud
’punuk unta’ oleh Rasulullah saw. Itu murni punuk unta, bukan bisul atau
pembengkakan kepala perempuan tersebut.
”Ada
dua golongan penghuni Neraka, yeng belum pernah aku melihat mereka; (pertama)
orang-orang yang memegang cambuk seperti ekor sapi, (digunakan) untuk memukul
manusia. (kedua) wanita-wanita yang
berpakaian (tapi) telanjang cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang
lain cenderung kepada kemaksiatan, kepala-kepala
mereka seperti punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak akan masuk
Surga dan mencium bau wanginya padahal bau Surga itu tercium dari jarak
perjalanan sekian hingga sekian (jarak yang sangat jauh)” (HR. Muslim dan yang
lainnya)
Hari ini, lagi-lagi Allah swt menampakkan kebenaran utusanNya kepada kita. Kita tak lagi
kaget dengan penampakan makhluk yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang,
perempuan-perempuan yang sibuk menonjol-nonjolkan bisul di kepala bagian
belakang mereka.
Bagaimana bisa, sudah berpakaian, kok dibilang
telanjang? Hmm, sepertinya kita harus belajar lagi nih, seperti apa sih,
pakaian yang benar-benar menjauhkan kita dari golongan ahli neraka yang
disebutkan Rasulullah.
Sebelum kita membahas pakaian syar’i bagi muslimah
sejati, ijinkan aku menegaskan bahwa, ’Syari’at Islam tidak hanya berlaku dijaman
Nabi!’ begitu pula tak ada yang
harus diperdebatkan mengenai perintahNya. Allah lebih tau kondisi kita, dan
segala perintah maupun laranganNya, sudah barang tentu adalah yang terbaik
untuk kita. Agama ini sudah sangat sempurna, jadi, tidak perlu lagi
ditambah-tambahi dan diada-adakan hal baru yang Rasulullah saw tidak pernah ajarkan.
Hijab yang disyari’atkan adalah yang memenuhi
syarat-syarat berikut ini :
- Longgar, tidak ketat, tebal dan tidak transparan.
Jujur, aku tidak paham apa
tujuan orang-orang yang berpakaian ketat. Ingin menonjolkan tubuhnya? Ingin
mengumumkan kepada dunia jika ia tampak cantik dengan tubuh rampingnya, atau
ingin memuaskan dahaga para lelaki yang tidak dapat menahan pandangannya. Jika
iya, selamat! Mereka berhasil mendapatkan itu semua, bahkan mendapat bonus,
yaitu wisata gratis di Neraka dengan guide profesional yaitu syaithan laknatullah.
Aku
tidak memaksamu untuk melakukan hal yang sudah menjadi kewajibanmu. Aku tahu,
kau pasti sudah menimbang baik-buruknya dan siap menanggung segala resiko dari
setiap pilihan yang kamu ambil. Kewajibanku hanyalah untuk mengingatkan padamu
saja akan syari’atNya yang teramat sempurna. Jika kau lupa, ijinkan aku kembali
mengingatkanmu.
”Rasulullah memberiku baju Qibtiyah yang
tebal (yakni biasanya baju tersebut tipis) yang
merupakan baju yang dihadiahkan Dihyah al-Kalbi kepada beliau,” Usamah Ibn Zaid berkisah. ”baju itu pun aku pakaikan kepada isteriku.”
kata Usamah selanjutnya. ”Suatu hari Nabi
bertanya, ’Mengapa engkau tidak mengenakan baju Qibtiyah?’ aku menjawab, ’Aku pakaikan baju itu kepada isteriku,’
Lalu Nabi bersabda, ’Perintahkan ia agar
mengenakan baju dalam, karena aku
khawatir, baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tubuhnya.’”
- Menutup aurat
Aku tahu, kulitmu putih
bersih, dan kau selalu merawatnya. Aku tahu, rambutmu indah. Tetapi jika kau
tampakkan itu semua, sesungguhnya kau sedang membinasakan dirimu sendiri.
Sungguh, cantik itu bukan yang terlihat auratnya. Cantik di mata manusia tidak
ada artinya dibanding dengan cantik di mata Allah. Bukankah tujuan hidup ini
hanya Allah semata? Ijinkan aku mengingatkanmu akan batas aurat yang dimiliki
seorang wanita.
”Wahai Asma’!,”
Ungkap Rasulullah saw suatu ketika, ”sesungguhnya, apabila seorang wanita telah
haidh (sudah baligh), maka tidak boleh terlihat darinya kecuali ini dan ini.” Kemudian Rasulullah saw berisyarat ke wajah dan kedua telapak tangan beliau.
- Tidak menyerupai laki-laki
Yang membedakan seorang wanita
dengan laki-laki selain bentuk fisik dan psikisnya adalah cara ia berhias.
Jika keduanya tak ada bedanya, bagaimana mungkin kita bisa menerka apakah dia
laki-laki atau perempuan. Zaman batu ini sobat, sungguh sulit membedakan
keduanya.
Ada wanita dengan rambut pendek seperti
laki-laki, ada laki-laki dengan pernak-pernik wanita melekat di tubuhnya. Sekali
kali kau jangan berkata, ini adalah jaman emansipasi pria. Karena Nabi yang
mulia sangat membenci perilaku ini.
Abu Hurairah berkata, ”Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai
pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud)
Akhirnya, semua ketentuan yang
Allah syari’atkan akan berguna bagi kita sendiri, Allah bahkan telah berfirman
dengan jelas pada surat Al Ahzab ayat 59 akan kegunaan berhijab bagi kita
pribadi, tak lain, ’Yang demikian itu
agar mereka lebih mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.’
Sobat
Fillah, pesanku ini tak lain hanyalah karena kepedulianku dan rasa sayangku
kepadamu agar tak ada lagi dari kita yang menjadi santapan binatang buas,
seperti nasib manusia zaman batu karena kotekanya. Semoga, kita akan semakin
mulia dengan hijab kita. Dan semoga dengan hijab ini, mampu mempertemukan kita
kelak di Syurga.
Ini artikelku yang dimuat di Majalah Elfata.
0 komentar