Aku bingung bagaimana seharusnya aku memulai goresan
ini. Mungkin kau paham, kata yang kuuntai pastilah tidak keluar dari
ketakjubanku akan segalanya tentangmu. Kakak--ijinkan aku memanggilmu begitu—19
tahun usiamu kala itu, engkau memegang kekuasaan tertinggi dalam suatu
pemerintahan.
Siapa yang
menyangka, ternyata engkaulah orang yang ditunggu-tunggu ummat kala itu, saat
semua orang berlomba-lomba ingin mendapatkan kemuliaan pada posisimu, saat para
sahabat tak ketinggalan berebutan menjadi sosok yang disebutkan Rasul, ternyata
engkaulah Kak, yang telah dipersiapkan Allah untuk menerima segala kemuliaan
itu. Kemuliaan yang disebutkan Rasulullah bahwa engkaulah sebaik-baik pemimpin,
dan pasukan dibawah komandomu adalah sebaik-baik pasukan.
Kak Fatih, sepertinya aku harus belajar padamu. Saat
pemuda seusiamu dimasa kini disibukkan oleh segala gemerlap dunia yang fana,
engkau sibukkan dirimu dengan amalan yang semakin mendekatkanmu pada indahnya
surga. Tak pernah kau tinggalkan shalat fardhu, shalat sunah rawatib dan shalat
tahajjud sejak usia baligh mulai menyapa.
Kak Fatih, betapa pribadimu mampu memikat semua
orang yang mendengar indahnya perangaimu. Masa kecilmu, aku benar-benar tak
paham, saat anak seusiamu masih tertawa-tawa riang bermain rerama dan kumbang
di taman, tetapi engkau malah memilih sesuatu yang mungkin lebih membuatmu
merasa bahagia, kau cermati usaha ayahmu untuk menaklukkan kota itu, kau kaji
usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam yang mengarah pada
maksud itu, sehingga, terlecutlah asamu, untuk meneruskan cita-cita umat Islam.
Kakak, aku tak dapat membayangkan peristiwa ketika
murabbimu, Syeikh Al-Kurani, menyampaikan pesan ayahandamu, akan hak beliau
untuk memukulmu jika engkau membantah perintahnya. Saat kau mendengarnya,
engkau malah tertawa, dan berakibat pada sebuah pukulan yang murabbimu baru
saja katakan.
Ternyata pukulan itu sangat membekas pada dirimu
sehingga mampu membuatmu menghafal al-Qur’an dalam waktu yang singkat.
Murabbimu yang lain, Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin), tak hentinya
membimbingmu akan ilmu-ilmu agama, al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa,
matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya yang membuatmu
mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai
7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil.
Murabbimu sangat berpengaruh besar dalam sejarah
hidupmu, beliau tak henti-hentinya meyakinkanmu, bahwa engkaulah orang yang
dimaksud oleh Rasulullah saw dalam hadits pembukaan Konstatinopel.
Konstantinopel. Sebuah kota yang sangat tangguh, dan
hanya sosok yang tangguhlah yang dapat menaklukkannya. Kota yang sepanjang
sejarah menjadi pusat peradaban barat, kota dimana Kaisar Herakilus, penguasa
Romawi yang hidup di zaman Nabi pernah bertahta.
Pada saat engkau mulai memasuki masa kekuasaanmu,
Kak Fatih, engkau telah berpikir dan menyusun kekuatan untuk menaklukkan kota
tersebut, kota kebanggaan bangsa Romawi,
Konstantinopel. Kota yang tidak pernah
ada yang mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak dari kalangan
tabi`in dan tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah.
Hingga hari Kamis itu 26 Rabiul Awal 857 H atau 6
April 1453 M, engkau bersama murabbi setiamu merencanakan penyerangan ke
Konstatinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dihadapan 250.000
pasukanmu, engkau bakar semangat jihad pasukanmu dengan mengingatkan akan
kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan melalui
ayat-ayat Al-Qur’an beserta hadits pembukaan Konstatinopel yang engkau bacakan.
Kak Fatih, ternyata Konstatinopel memang sangat
tangguh. Kota dengan benteng >10m tersebut memanglah sulit ditembus. Selain
disisi luar benteng dilindungi oleh parit 7m, sebelah barat, pasukan artileri
harus membobol benteng dua lapis. Dari arah selatan Laut Marmara, pasukan laut
Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa, dari arah timur armada laut harus
masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar
hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berminggu-minggu lamanya benteng Byzantium tak bisa
jebol, tetapi engkau teramat sabarnya Kak Fatih. Janji Allah akan beserta
orang-orang yang sabar seakan terus terpatri didalam hatimu, juga keinginan
untuk memperjuangkan cita-cita ummat semakin melecutkan semangat juangmu.
Hingga akhirnya, sebuah ide yang terdengar bodoh pun
engkau coba hanya dalam waktu semalam. Melalui salah satu pertahanan yang agak
lemah, Teluk Golden Horn, ide itupun dilakukan. Sebuah ide tergila yang pada
akhirnya diakui oleh para sejarawan barat sebagai taktik peperangan terbaik
didunia, memindahkan 70-an kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai
penghalang agar dapat memasuki wilayah Teluk Golden Horn!!!
Kak Fatih, setelah itu kabarnya engkau melancarkan
serangan besar-besaran ke benteng Byzantium di sana. Suara takbir
bersaut-sautan mengangkasa hingga seakan langit Konstatinopel akan runtuh
seiring takbir yang terus bergemuruh. Sampai tepat pada jam 1 pagi, tepatnya
pada Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M
sehari setelah istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komandomu, Kak
Fatih, kembali menyerang total diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan,
irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan
elit Yanisari.
Engkau terus menghimbau para mujahidin untuk terus
meninggikan suara takbir dan kalimah tauhid sambil menyerang kota hingga
Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui
Pintu Edirne dan pasukanmu, Kak Fatih, akhirnya berhasil mengibarkan bendera
Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi
di kalangan tentaramu, Akhuna Muhammad Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan
cita-cita ummat ini. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar....!!!
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa
Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī,
bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*),
"Sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet
dalam bahasa Turki;
Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis
(perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun dan memerintah
selama 30 tahun (1451 – 1481).
Referensi : Dari berbagai sumber
0 komentar