Sekolah Pra Nikah #2: Visi & Misi Sebuah Pernikahan

By Zulfa Rahmatina - 5:48 PM



Bagaimana Menentukan Visi Keluarga

Kalau kita ingin melakukan sebuah perjalanan, maka nanti yang dilihat misalnya, apakah kita butuh waktu yang cepat atau lambat. Kita bisa mempertimbangkan naik kendaraan pribadi, transportasi umum, atau transportasi darat maupun udara. Setiap pilihan kita memiliki jalan dan bekal yang berbeda, begitu pula gambaran ketika akan membuat visi dan misi. Sebutlah kita tidak cukup untuk membeli tiket pesawat, tetapi kita nekat. Hal itu akan menyusahkan dan maka dalam hal ini, memutuskan hal-hal di kehidupan kita sangat penting untuk mengetahui faktor dan latar belakang yang harus diperhatikan.

Di dalam rumah tangga, ada empat hal setidaknya yang menjadi langkah awal atau cara untuk menimbang bagaimana seseorang memutuskan visi misi untuk keluarganya. Jika ia tidak paham hal ini, maka ia bisa celaka, ketika ia tidak mengetahui kadar kemampuan dirinya. Aspek-aspek yang harus dipertimbangkan bagi pasangan untuk membuat visi misi keluarga di antaranya adalah:

1.     1. Analisis Historis

Terkait latar belakang pola pengasuhan yang dialami oleh suami dan istri. Jika pola asuhnya baik, bisa diadaptasi dan jika kurang tepat dapat diperbaiki. Contohnya, ketika kita menikah dengan seorang wanita anak pertama, dan kita pun anak pertama. Sama-sama dari pesantren dan sama-sama dari keluarga pendidik, hal ini akan lebih mudah karena besar kemungkinan latar belakang kita telah sama. Poinnya, kita mengenali latar belakang pasangan. Apakah ia hidup dengan cara sederhana, tidak dimanjakan, dan sebagainya.

2.     2. Faktor Given (bawaan)

Faktor yang melekat pada seseorang. Misalnya ketika kita menikah dengan suku tertentu yang terkesan tegas, keras, bahkan kasar. Karakter bisa tumbuh dari latar belakang yang berbeda. Faktor bawaan inilah yang harus juga diperhatikan karena akan mempengaruhi watak dan karakter seseorang.

3.     3. Melihat realitas keluarga

Bagaimana kelebihan dan kekurangan kondisi keluarga saat ini. Adakah benang merah yang dapat diambil untuk mewujudkan visi misi bersama. Misalnya ketika seorang akhwat qodarullah diberikan suami dengan riwayat penyakit menurun yang beberapa tahun pernikahan kemudian suami tersebut tidak bisa menjalankan fungsinya. Tentu dengan reaitas seperti ini ingin menjadi keluarga dengan inspirasi teknologi, sains dan sebagainya menjadi kurang realistis. Atau ketika kita kebetulan mengalami keterbatasan finansial tetapi visi kita ingin membangun perusahaan skala internasional, hal ini seperti jauh dari jangkauan. Jadi setelah memahami realitas, kita akan lebih mudah menentukan target untuk keluarga dan anak-anak nanti. Hal ini terkait dengan faktor hasab, yakni sifat-sifat baik yang melekat pada seseorang di mana hal tersebut merupakan ciri khas yang melekat pada keturunan

4.     4. Impian

Akan dibawa ke mana bahtera rumah tangga? Apa tujuan besar yang ingin dicapai bersama? Impian masing-masing anggota keluarga sebaiknya dikolaborasikan menjadi impian bersama dan didiskusikan dengan baik, terkait konsep yang ingin dirancang.

Selain itu, ada tiga hal yang masih perlu kita renungkan. Apa sih yang kita yakini dan ingin kita perjuangkan? Contoh bagaimana kita memaknasi sebuah konsep seperti harta. Misal perempuan melihat harta sebagai sarana meningkatkan perfoma dirinya, tapi di mata suami hal itu tidak menyenangkan. Misalnya suami menginginkan konsep harta di luar kebutuhan pokok akan digunakan untuk beramal dan berbakti kepada orang tua. Jika konsep soal keuangan saja tidak sama, maka akan sangat mungkin memicu konflik. 

Bagaimana mengenali diri kita, pasangan kita memiliki latar belakang seperti apa dan bagaimana nanti akan membentuk anak-anak. Kemudian, setelah mengetahui apa yang ingin diperjuangkan beserta potensi modal yang dimiliki, berikutnya adalah memikirkan apa yang akan dilakukannya dengan dua hal tersebut.

Yang Berhak Menentukan Visi-Misi

Tentu saja pihak yang paling berwenang dan memiliki otoritas membentuk visi misi adalah suami. Sebab suami dilebihkan dan merupakan qowwam bagi perempuan. Sebagaimana yang membuat visi misi negara adalah presiden, bukan rakyat. Begitu juga dalam keluarga. Meski istri memiliki peran sebagai supporter utama dan tidak untuk diperlakukan semaunya oleh suami. Sebab pernikahan selayaknya menggabungkan dua potensi menjadi sinergi, bukan kemudian mematikan salah satunya. Maka sebuah pernikahan akan dinikmati oleh keduanya ketika semua pihak ikut terlibat. Tetapi sekali lagi, yang menentukan visi misi adalah suami, kemudian istri mensupport. Kalau lah ibu adalah madrasah, maka bapak adalah kepala sekolah yang akan menentukan kurikulum. Sayangnya, tidak sedikit suami yang berperan menjadi kepala sekolah. Tetapi hanya menjadi penjaga sekolah yang tugasnya hanya membunyikan bel masuk dan bel pulang. Selebihnya kemudian istirahat ongkang-ongkang. Maka madrasah tersebut menjadi madrasah yang tidak menarik untuk ditinggali anak-anak kelak.

Belajar dari Visi Besar Ibrahim

Kita bisa belajar dari Al-Qur’an, bagaimana peran ayah ini benar-benar menjadi arsitek peradaban. Banyak ayah mulia yang namanya diabadikan dalam Al Qur’an, mereka adalah lelaki sejati yang memiliki narasi hebat peradaban pada keluarganya. Seperti keluarga Nabi Ibrahim, bagaimana visinya yakni untuk menjadikan anak cucunya sebagai generasi yang tunduk patuh kepada Allaah ta’ala (Al Baqarah:128). Kemudian dalam surah Ibrahim, bagaimana Nabi Ibrahim menyampaikan visi hidupnya agar anak keturunannya ada yang menjadi nabi dan rasul, “Jadikan anak cucu kami menjadi ummat yang berserah diri kepada-Mu,”. Visi tersebut dijalankan dengan misi menebarkan anak keturunannya tidak hanya di Palestina saja, tetapi juga di daerah lain.

Gambaran Ideal Sebuah Pernikahan

Jika kita berbicara tentang gambaran idealnya pernikahan, maka kita memiliki visi membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah yang akan menggunakan semua potensi milik kita untuk menjadikan keluarga kita tidak hanya bahagia di dunia saja tapi juga sampai di akhirat kelak. Maka dari awal seperti kita tadi akan melakukan perjalanan panjang, idealnya semua harus dipersiapkan. Ada apa dalam perjalanan panjang? Tentu ada gangguan, seperti kehabisan bahan bakar, genangan air, antrian yang sangat panjang, atau suasana yang kurang nyaman.

Tidak ada sebuah hubungan yang bisa kita pertahankan dalam jangka waktu yang panjang kecuali hubungan itu dibangun di atas sebuah janji tentang masa depan. Perjalanan ini bisa kita nikmati dengan nyaman melalui beberapa catatan (1) kita mengetahui tujuan akhir, (2) sudah menyiapkan semua bekal yang diperlukan, dalam rumah tangga bekal yang harus dipersiapkan adalah persiapan secara ilmu, fisik, mental, dan finansial (3) menyiapkan hal-hal yang sifatnya emergency, seperti kesabaran dalam membimbing istri, realitas ekonomi, kekurangan suami, dan berbagai hal yang tidak seperti apa yang diimpikan, (4) memahami rute jalan, jalan pintas dan hal-hal lain yang dapat menjadi solusi ketika suatu saat kita harus berbalik arah atau memutar jalan.

Tapi perlu dicatat bahwa sehebat apa pun rancangan pernikahan yang kita buat, hidup kita tidak menjamin akan terbebas dari masalah. Maka kualitas kita sangat ditentukan dari kemampuan kita menyelesaikan masalah-masalah tersebut.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar