Berinteraksi dengan sesama, terkadang menjadi
masalah bagi sebagian orang. Seorang teman pernah mengeluhkan bagaimana sebuah
penerbit memperlakukan karyanya. Mulai dari kontrak yang rumit, sistem
jual-beli putus yang dirasa merugikannya, hingga sikap tidak ramah yang dari redaksi
yang diterimanya.
Dari pengalaman saya berinteraksi dengan penerbit,
seperti bergabung dalam keluarga besar #KampusFiksi di Penerbit Diva Press Jogja, #DPN (Dewan Pertimbangan Naskah) di Penerbit Moka Media di daerah Jagakarsa, hingga
di badan yang masih berkaitan dengan literasi seperti Majalah Elfata sampai
redaksi Inilah.com di Cipulir, saya belum pernah merasakan apa yang teman saya
rasakan.
Sejauh ini, selama menjadi bagian dari mereka,
kehangatan keluarga saya rasakan dengan sangat kuat. Melihat bagaimana teman
saya diperlakukan, tentu saja saya sangat terkejut. Apalagi dengan dia yang
datang tidak dengan tangan kosong, tapi dengan karya yang bahkan diakui oleh
penerbit itu sendiri. Akan tetapi jika semuanya dikembalikan pada pribadi
masing-masing manusia, tentu hal seperti itu adalah sesuatu yang wajar.
Bukan hanya di dalam seluk beluk dunia literasi,
keharmonisan dan selalu berusaha menjaga hubungan baik terhadap sesama agaknya
memang memerlukan perhatian khusus sebagai bekal bersosialisasi terhadap sesama.
0 komentar