Pertama
kali mengenalnya… pertama kali mengenalnya…ah, aku benar-benar lupa. Pada apa
yang mempertemukanku dengannya. Hanya saja, pernah di suatu masa, aku merasa
dekat. Sangat dekat.
Fase terburuk yang
kualami saat remaja dulu, kegiatan yang membuatku sok sibuk, iman yang
compang-camping dan entah seberapa besar kadar ego yang kumiliki, membuatku
perlahan menjauh dari dunia sekitar. Bahkan dari orang-orang yang mempunyai
arti besar dalam hidupku, seperti dia…
Namanya Holy. Ah,
hanya sekadar nama akun facebook saja. Aku lupa siapa yang pertama kali
mengirim permintaan pertemanan. Yang jelas, setelah itu, hubungan pertemanan
kami terasa sangat hangat… meski tangan, belum pernah saling berjabat. Meski
mata, belum sekalipun bertemu pandang. Meski bahu, belum pernah saling
bersandar menguatkan…
Baru beberapa
hitungan hari kemudian, kuketahui, nama aslinya, Ukhti Suci. Ia gadis shalihat
yang periang. Kadang-kadang, sms-nya membuatku tertegun sejenak, membawaku
untuk bermuhasabah. Seringkali, canda yang tercipta, membuat kami tertawa-tawa.
Lalu, saat berbagi ilmu, hati-hati kami saling tunduk, menyimak syahdu.
Pernah saat tiba-tiba Ukhti Suci
meminta fotoku, mendadak aku curiga dengan menuduhnya seorang ikhwan. Hehe…
Lalu, Ukh. Suci menelponku. Memastikan jika dia benar-benar seorang akhwat.
Ah, yaa… kami pun bertukar foto,
melalui e-mail. Cantik. Satu kata yang kulihat saat pertama kali membuka
attachment yang dikirimkannya dan mendapati wajahnya yang tersenyum, dengan
lesung yang sama, seperti milikku… hehehe..
Pagi yang syahdu ini, aku
bernostalgia. Aku membuka kembali obrolan-obrolan kami yang tersimpan di pm
facebook. Ah, masa-masa itu. Ternyata aku merindukannya. Ukhti Suci, yang
selalu kukirimi promo buku-buku antologiku yang baru terbit, Ukhti Suci yang sesekali
mengajakku bicara dengan bahasa—entah—sunda yang sama sekali tidak kupahami,
Ukhti Suci yang sabar menghadapiku yang suka mengeluh.
Ya, Ukhti Suci yang itu… adalah
Ukhti yang sama dengan Ukhti Suci, yang beberapa hari yang lalu, membuat sebuah
acara di facebook. Mengundangku, mengabarkan tentang undangan walimahnya…
Maa syaa Allah. Barakallaah Ukhti. Aku benar-benar bahagia mendengar kabar itu.
Jika saja, sekarang ini, aku ada di sisimu, pasti kupeluk Ukhti, erat.
Qadarullah, sekarang ini, ana masih di Jakarta, lepas ujian nihai’e yang sempat
membuat cerebrumku harus bekerja lebih keras dari biasanya.
Ukhti, afwan, ana benar-benar tidak
bisa hadir. Laa ba’sa ya? Semoga ukhti memberi keridhoan dan maaf yang banyak.
Di sini, ana hanya bisa melantun doa,
mudah-mudahan, pernikahan ukhti, diberi barakah yang banyak oleh Allah. Semoga
dari pernikahan ukhti, tercetak jundi-jundi shalih penerus Ali Ibn Abi Thalib
yang santun, Umar yang pemberani, Abu Bakr yang lemah lembut, Usman yang
pemalu, Khalid Ibn Walid, panglima kita, yang dengan gagah mengibarkan bendera
Islam.
Semoga, dari pernikahan ukthi pula,
tercetak Aisyah-aisyah yang cerdas, Khansa yang pandai bermanis kata, Fatimah
yang penyabar, Asmaa yang tangguh dan teladan-teladan lain kita.
Semoga Allah memberi barakah padamu
(dalam suka) dan semoga Allah memberi barakah atasmu (dalam duka), dan semoga
Allah menghimpun kalian berdua dalam kebaikan…
….بـارك الله لـكَ وبـاركَ الـيـكَ وجـمـع
بـيـنـكـمـا بـخـيــر
Jakarta Selatan, Sya’ban 1435 H
Ukhtikum Fillaah
Zulfa Rahma
0 komentar